Bagaimana Menghitung Jam Kokurikuler di Kurikulum 2025?, Ini Penjelasannya!

Blog tentang Pendidikan - Revisi Kurikulum 2025 membawa sejumlah penyesuaian dalam pengelolaan kegiatan belajar, termasuk pada program kokurikuler. Salah satu perubahan penting yang kini banyak dibicarakan adalah cara menghitung dan mengatur jam kokurikuler (JP) di setiap jenjang pendidikan.

Melalui penjelasan resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dirangkum dalam video “Gampang! Perhitungan Jam Kokurikuler”, guru dan sekolah diharapkan memahami bahwa kegiatan kokurikuler bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian integral dari pembelajaran. 

Namun, yang menarik, sistem barunya kini memberi fleksibilitas penuh bagi satuan pendidikan untuk mengatur alokasi waktu sesuai konteks dan kebutuhan peserta didik.

Pengertian Kokurikuler

Sebelum membahas teknis perhitungan, penting memahami dulu esensi kokurikuler. Kegiatan ini merupakan jembatan antara pembelajaran intrakurikuler di kelas dengan kehidupan nyata murid di luar kelas.

Berbeda dengan ekstrakurikuler yang bersifat opsional, kokurikuler bersifat wajib dan diatur dalam struktur kurikulum nasional. Artinya, setiap sekolah harus menyiapkan waktu dan programnya secara resmi.

Melalui kokurikuler, peserta didik dilatih mengembangkan nilai-nilai karakter, keterampilan sosial, kolaborasi, serta kesadaran terhadap isu-isu kontekstual di sekitar mereka seperti lingkungan, teknologi, budaya, atau kewirausahaan.

Proporsi Waktu

Kementerian menetapkan alokasi waktu kokurikuler berdasarkan jenjang dan kelas, dinyatakan dalam Jam Pelajaran (JP) per tahun. Namun, pemerintah tidak menentukan secara kaku bagaimana pembagiannya per semester atau per minggu.

Artinya, sekolah diberi keleluasaan penuh untuk mengelola jam tersebut, selama total JP per tahun terpenuhi. Misalnya, satuan pendidikan dapat membagi kegiatan menjadi dua semester dengan jumlah jam berbeda yang tidak harus sama persis antara semester ganjil dan genap.

Fleksibilitas ini memberi ruang inovasi bagi guru untuk menyesuaikan kegiatan dengan konteks lokal dan karakter peserta didik. Sekolah di daerah pesisir, misalnya, bisa memfokuskan kokurikuler pada kegiatan konservasi laut, sementara sekolah di perkotaan bisa mengarah pada proyek digital atau kewirausahaan.

Baca Juga:
Inilah Cara Menghitung Jam Kokurikuler Kurikulum 2025

3 Pola Pelaksanaan Kokurikuler yang Bisa Dipilih

Fleksibilitas tidak berarti tanpa arah. Justru, Kurikulum 2025 menawarkan beberapa pola pelaksanaan kokurikuler yang bisa disesuaikan dengan karakteristik sekolah.

1. Model Harian

Sekolah dapat menempatkan kegiatan kokurikuler di akhir jam pelajaran setiap hari. Model ini cocok untuk program pembiasaan karakter seperti Gerakan 7 KAIH (Kebiasaan Anak Indonesia Hebat) atau kegiatan refleksi harian.

2. Model Mingguan

Alternatif lain, kokurikuler dilaksanakan sekali seminggu, misalnya setiap Jumat pagi. Ini umum digunakan untuk proyek kecil lintas mata pelajaran atau kegiatan sosial seperti aksi bersih sekolah dan diskusi nilai-nilai Pancasila.

3. Model Blok

Model blok merupakan pendekatan populer di Kurikulum Merdeka yang kini diperkuat di revisi 2025. Dalam model ini, sekolah mengalokasikan waktu khusus, misalnya 10 hari berturut-turut di satu semester, untuk melaksanakan satu tema besar kokurikuler.

Model ini sangat ideal untuk proyek lintas disiplin ilmu, misalnya kegiatan “Ekspedisi Lingkungan”, “Festival Literasi Daerah”, atau “Pekan Kewirausahaan Siswa”.

Dengan model blok, murid bisa fokus mendalami satu topik tanpa terganggu jadwal intrakurikuler harian. Namun, tentu dibutuhkan perencanaan matang agar tidak mengganggu jadwal pelajaran lain.

Keleluasaan Bukan Berarti Bebas Tanpa Rambu

Kata kuncinya adalah fleksibilitas yang bertanggung jawab. Walau sekolah diberi kebebasan mengatur, pelaksanaan kokurikuler tetap harus mengacu pada struktur kurikulum nasional dan memenuhi total jam yang ditentukan.

Kementerian memberikan pedoman umum, namun memberi ruang agar sekolah dapat menyesuaikan kegiatan dengan:

  1. Konteks lokal (budaya, lingkungan, isu sosial),
  2. Karakteristik peserta didik, serta
  3. Sumber daya yang tersedia (guru, waktu, fasilitas).

Pendekatan ini menunjukkan perubahan paradigma: dari “satu aturan untuk semua” menjadi “satu standar, banyak cara”. Pendidikan Indonesia diarahkan agar lebih adaptif terhadap keragaman daerah, tanpa kehilangan arah nasionalnya.

Baca Juga:
Apa Perbedaan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler?: Begini Penjelasannya

Jam Tambahan bagi Koordinator Kokurikuler

Salah satu poin menarik dalam revisi kebijakan ini adalah pengakuan terhadap peran guru sebagai koordinator kokurikuler.

Bagi guru yang dipercaya mengoordinasi proyek atau kegiatan kokurikuler, pemerintah menetapkan tambahan 2 jam pelajaran (JP) per rombongan belajar (rombel) sebagai bentuk penghargaan atas tanggung jawab ekstra.

Namun, insentif ini dibatasi maksimal untuk tiga rombel saja. Jadi, seorang guru koordinator bisa mendapatkan tambahan maksimal 6 JP per minggu.

Kebijakan ini diharapkan dapat memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam merancang kegiatan yang bermakna, serta mengakui beban kerja tambahan yang selama ini sering luput dari perhitungan formal.

Mengapa Pengaturan Jam Kokurikuler Penting?

Mungkin muncul pertanyaan, mengapa perhitungan jam kokurikuler perlu diatur sedetail itu? Bukankah kegiatan ini bersifat tambahan saja?

Jawabannya: tidak lagi. Dalam Kurikulum Merdeka dan revisinya di 2025, kokurikuler menjadi bagian resmi dari pembelajaran terstruktur. Artinya, jamnya wajib tercantum dalam kalender akademik dan dilaporkan dalam evaluasi capaian belajar murid.

Dengan pengaturan jam yang jelas, sekolah dapat:

  1. Menjamin setiap peserta didik mendapatkan pengalaman belajar holistik.
  2. Memastikan kegiatan berjalan sistematis, bukan spontan.
  3. Memudahkan evaluasi dan pelaporan hasil kokurikuler dalam rapor atau portofolio siswa.

Pendek kata, kokurikuler kini punya bobot yang sama seriusnya dengan intrakurikuler, hanya saja dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan menyenangkan.

Konteks Revisi Kurikulum 2025

Kebijakan ini tak muncul tiba-tiba. Sejak diterapkannya Kurikulum Merdeka, pemerintah telah mendorong satuan pendidikan untuk lebih otonom dan inovatif.

Revisi 2025 memperkuat semangat tersebut. Dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan waktu kokurikuler, sekolah diharapkan mampu:

  1. Menyesuaikan ritme belajar sesuai kebutuhan siswa.
  2. Mengoptimalkan potensi lokal dalam pembelajaran.
  3. Meningkatkan kolaborasi antar-guru melalui proyek lintas mata pelajaran.

Di sisi lain, pemerintah tetap menegaskan pentingnya standar akuntabilitas. Semua kegiatan harus terdokumentasi dan dapat dievaluasi, baik dari segi keterlaksanaan maupun dampak terhadap profil pelajar Pancasila.

Tantangan dalam Pelaksanaan

Meski terkesan sederhana, mengatur jam kokurikuler bukan tanpa tantangan. Guru harus menyiapkan:

  1. Rencana kegiatan yang jelas dan terukur,
  2. Jadwal pelaksanaan yang sinkron dengan intrakurikuler, serta
  3. Mekanisme evaluasi yang realistis namun bermakna.

Selain itu, tidak semua sekolah memiliki sumber daya memadai. Di beberapa daerah, keterbatasan tenaga guru dan sarana pendukung bisa menghambat pelaksanaan model blok.

Karena itu, kolaborasi antar-sekolah atau antar-komunitas pendidikan menjadi penting. Dengan berbagi praktik baik dan sumber daya, pelaksanaan kokurikuler bisa berjalan lebih optimal.

Evaluasi dan Pelaporan

Dalam pelaksanaan kokurikuler, evaluasi menjadi bagian penting. Guru perlu menilai sejauh mana kegiatan tersebut mendukung Profil Pelajar Pancasila misalnya melalui rubrik sederhana yang menilai aspek kolaborasi, tanggung jawab, kreativitas, dan kepedulian sosial.

Hasil evaluasi tidak selalu berupa angka, tetapi bisa berbentuk portofolio karya, refleksi diri, atau umpan balik antar-teman. Dengan cara ini, penilaian menjadi lebih humanis dan autentik, sesuai semangat Kurikulum Merdeka.

Sekolah kemudian dapat mengintegrasikan hasil kokurikuler ke laporan perkembangan belajar murid, tanpa memisahkannya dari intrakurikuler. Inilah yang disebut pembelajaran holistik, di mana aspek akademik dan karakter berjalan seimbang.

Kesimpulan

Revisi Kurikulum 2025 menghadirkan semangat baru: pembelajaran yang lebih luwes, kontekstual, dan berorientasi pada karakter.

Kegiatan kokurikuler kini bukan sekadar formalitas dalam kalender sekolah, melainkan ruang nyata bagi siswa untuk berlatih nilai-nilai kehidupan. Dengan sistem perhitungan jam yang fleksibel namun tetap terukur, sekolah memiliki peluang besar menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Kuncinya ada pada perencanaan matang dan kolaborasi antar-guru. Ketika kokurikuler dikelola dengan baik, ia tidak hanya memperkuat capaian belajar, tapi juga menumbuhkan generasi yang berpikir kritis, peduli lingkungan, dan berkarakter kuat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan Indonesia yang merdeka dan berkeadaban.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa yang dimaksud dengan kegiatan kokurikuler dalam Kurikulum 2025?

Kegiatan kokurikuler adalah bagian dari pembelajaran resmi yang dirancang untuk mengembangkan karakter, kompetensi sosial, dan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila. Berbeda dari ekstrakurikuler, kegiatan ini wajib diikuti oleh semua siswa dan memiliki alokasi jam pelajaran (JP) yang ditetapkan dalam struktur kurikulum nasional.

2. Berapa jumlah jam kokurikuler yang harus dipenuhi sekolah setiap tahun?

Jumlahnya bervariasi tergantung jenjang pendidikan. Misalnya, SD kelas awal sekitar 216–252 JP per tahun, SMP/MTs sekitar 360 JP, dan SMA/MA sekitar 360 JP di kelas X, lalu 96–108 JP di kelas XI–XII. Sekolah wajib memenuhi total jam tahunan, namun boleh membagi pelaksanaannya secara fleksibel antar semester atau minggu.

3. Bagaimana cara sekolah mengatur jadwal kegiatan kokurikuler?

Sekolah dapat memilih tiga model yaitu Model Harian, di akhir jam pelajaran setiap hari, Model Mingguan, dilakukan satu kali tiap minggu dan Model Blok, dijalankan selama beberapa hari berturut-turut (misalnya 10 hari) di tiap semester. Pemilihan model disesuaikan dengan konteks, tema proyek, dan kesiapan sumber daya sekolah.

4. Apakah guru mendapatkan tambahan jam mengajar dari kegiatan kokurikuler?

Ya. Guru yang ditugaskan sebagai koordinator kokurikuler berhak memperoleh tambahan 2 JP per rombongan belajar (rombel), maksimal untuk tiga rombel. Kebijakan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas tanggung jawab tambahan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

5. Bagaimana cara menilai hasil kegiatan kokurikuler siswa?

Penilaian tidak selalu berupa angka, tetapi bisa berbentuk rubrik, portofolio, refleksi diri, atau hasil karya proyek. Fokusnya pada penguatan karakter, kolaborasi, tanggung jawab, dan kreativitas siswa. Nilai atau hasil kokurikuler dapat diintegrasikan ke laporan pembelajaran umum, tanpa dipisahkan dari hasil intrakurikuler.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url