Jangan Keliru! Ini Perbedaan Antara Projek P5 dan Kokurikuler

Blog tentang Pendidikan - Di tengah upaya pemerintah memperkuat karakter dan kompetensi pelajar Indonesia, dua istilah kini sering muncul di ruang diskusi para pendidik yaitu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Kegiatan Kokurikuler.

Sekilas, keduanya terdengar serupa yaitu sama-sama berorientasi pada pembentukan karakter dan nilai-nilai kebangsaan. Namun, di balik kemiripannya, terdapat perbedaan mendasar dalam tujuan, pelaksanaan, struktur, hingga bentuk pelaporannya.

Bagi guru, kepala sekolah, maupun pengelola madrasah, memahami perbedaan keduanya bukan sekadar urusan administratif. Ini adalah kunci agar pelaksanaan pembelajaran benar-benar efektif, tidak tumpang tindih, dan tetap sejalan dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 serta Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025.

Artikel ini akan menguraikan perbedaan P5 dan kokurikuler secara jelas, faktual, dan aplikatif agar para pendidik dapat menata kegiatan belajar secara lebih bermakna dan sesuai regulasi terbaru.

Dasar Hukum P5 dan Kokurikuler

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Kokurikuler sama-sama diatur dalam peraturan resmi pemerintah. Dalam Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024, kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) disebut sebagai bagian dari kurikulum yang berdiri di luar pembelajaran intrakurikuler. Sementara itu, Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 menegaskan bahwa di samping kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, sekolah juga wajib menyelenggarakan kegiatan kokurikuler.

Artinya, P5 dan kokurikuler bukan pengganti satu sama lain. Keduanya berjalan sejajar sebagai dua bentuk kegiatan yang berbeda dalam satu sistem kurikulum. Jika P5 menitikberatkan pada pembentukan karakter berdasarkan enam dimensi profil pelajar Pancasila, maka kokurikuler berfokus pada penguatan, pendalaman, dan pengayaan kegiatan intrakurikuler yang sudah ada.

Kesalahpahaman ini sempat muncul di kalangan sekolah dan madrasah, yang mengira kokurikuler adalah “versi baru” dari P5. Padahal, istilah “P5” tetap digunakan untuk sekolah umum, sedangkan “kokurikuler” menjadi istilah baku untuk madrasah dan satuan pendidikan keagamaan. Keduanya memiliki peran saling melengkapi dalam proses belajar yang holistik.

Perbedaan Tujuan

Projek P5

P5 lahir sebagai bentuk nyata dari cita-cita besar Kurikulum Merdeka yaitu melahirkan pelajar Indonesia yang beriman, berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.

Enam dimensi inilah yang menjadi dasar dalam setiap kegiatan projek. Tujuannya bukan semata memahami materi pelajaran, tetapi membentuk karakter dan perilaku nyata melalui aksi dan refleksi.

Setiap projek P5 dirancang untuk menumbuhkan sikap dan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, projek bertema “Gaya Hidup Berkelanjutan” tidak hanya mengajarkan teori daur ulang, tetapi mengajak siswa turun langsung melakukan aksi lingkungan, seperti membuat kompos atau kampanye hemat energi di sekolah.

Dengan kata lain, P5 adalah wahana pembentukan jati diri dan karakter pelajar Indonesia.

Kokurikuler

Berbeda dari P5, tujuan utama kokurikuler adalah memperdalam dan memperkaya pemahaman siswa terhadap materi intrakurikuler.

Ia menjadi jembatan antara teori dan praktik, antara pelajaran di kelas dan pengalaman nyata di lingkungan.

Menurut Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025, kegiatan kokurikuler diarahkan untuk:

  1. Menguatkan kompetensi yang sudah diajarkan dalam pelajaran utama,
  2. Memperkaya konteks penerapan materi, dan
  3. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran sehari-hari.

Kokurikuler memang juga menyinggung delapan Dimensi Profil Lulusan (DPL), namun pendekatannya lebih akademik dan kontekstual.

Contohnya, jika di pelajaran IPA siswa mempelajari siklus air, kegiatan kokurikulernya bisa berupa observasi lapangan ke sungai terdekat untuk melihat langsung kondisi ekosistem.

Dengan demikian, kokurikuler memperdalam kompetensi, bukan menggantikan pembelajaran utama.

Tema Kegiatan

Salah satu perbedaan paling mencolok antara P5 dan kokurikuler terletak pada penentuan tema kegiatan.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Pemerintah telah menetapkan tema-tema P5 secara nasional agar ada keseragaman arah pembentukan karakter di seluruh Indonesia.

Beberapa tema utama yang digunakan, misalnya:

  1. Kearifan Lokal,
  2. Gaya Hidup Berkelanjutan,
  3. Bhinneka Tunggal Ika,
  4. Bangunlah Jiwa dan Raganya,
  5. Suara Demokrasi, dan sebagainya.

Sekolah kemudian memilih dimensi profil Pancasila yang akan digarap dari tema tersebut.

Masing-masing dimensi memiliki elemen dan subelemen yang dilengkapi deskripsi capaian pembelajaran (CP), sehingga pelaksanaan projek P5 sangat terstruktur dan terukur.

Kegiatan Kokurikuler

Berbeda dengan P5, kegiatan kokurikuler tidak ditentukan oleh pemerintah pusat.

Sekolah atau madrasah diberikan keleluasaan penuh untuk merancang tema sendiri sesuai kebutuhan, potensi lokal, dan prioritas penguatan profil lulusan.

Misalnya, sekolah di daerah pesisir bisa memilih tema “Peduli Laut dan Lingkungan Pesisir”, sedangkan sekolah di perkotaan bisa mengangkat tema “Cinta Produk Lokal dan Kreativitas Daur Ulang”.

Tema-tema ini bisa dikaitkan dengan berbagai mata pelajaran mulai dari IPA, IPS, hingga Seni Budaya. Kelebihan sistem ini adalah fleksibilitas dan relevansi lokal.

Guru dapat menyesuaikan kegiatan dengan kondisi siswa dan lingkungan sekitar, sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan kontekstual.

Baca Juga:
Cara Mengatur Jadwal dan Program Kokurikuler di Sekolah

Bentuk dan Model Kegiatan

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Sebagaimana namanya, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila selalu menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).

Setiap projek diakhiri dengan produk nyata atau aksi sosial yang dapat diobservasi, dinilai, dan direfleksikan oleh siswa.

Kegiatan P5 biasanya berlangsung dalam blok waktu khusus (misalnya dua minggu penuh setiap semester) agar siswa fokus pada satu tema.

Hasil akhirnya dapat berupa pameran karya, dokumentasi kegiatan, atau presentasi kelompok. Filosofi di balik model ini sederhana: karakter tidak bisa diajarkan hanya lewat ceramah; karakter harus dialami.

Kegiatan Kokurikuler

Kegiatan kokurikuler jauh lebih beragam. Ia bisa dilaksanakan dalam bentuk:

  1. Kolaborasi lintas disiplin ilmu,
  2. Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, atau
  3. Cara lainnya seperti kegiatan berbasis potensi lokal atau penguatan budaya sekolah.

Misalnya, satuan pendidikan bisa melaksanakan kegiatan “Gerakan Literasi Sekolah”, “Hari Cinta Lingkungan”, atau “Proyek Wirausaha Siswa”.

Bisa juga kegiatan tematik seperti “Festival Sains dan Alam” yang menggabungkan mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia.

Kegiatan kokurikuler tidak selalu harus menghasilkan produk fisik; bisa juga berupa pembiasaan perilaku, seperti program kedisiplinan, pembiasaan ibadah, atau kegiatan sosial sekolah.

Dengan model ini, kokurikuler menjadi ruang untuk mengintegrasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam keseharian siswa.

Struktur Fase dan Kelas

Dalam sistem P5, seluruh kegiatan dirancang berdasarkan fase pembelajaran dari fase A (kelas 1–2 SD) hingga fase F (kelas 12 SMA/MA).

Setiap fase memiliki deskripsi capaian, elemen, dan subelemen yang harus dipenuhi sesuai dengan jenjang pendidikan. Ini menjamin keselarasan pembentukan karakter dari jenjang dasar hingga menengah atas.

Sementara itu, kegiatan kokurikuler tidak mengenal pembagian fase. Setiap kelas memiliki kebebasan menyusun kegiatan sendiri, asalkan tetap selaras dengan visi madrasah atau sekolah serta mendapat persetujuan dari kepala sekolah.

Fleksibilitas ini memungkinkan guru berinovasi sesuai kebutuhan siswa. Misalnya, kelas 4 bisa fokus pada tema “Gotong Royong di Lingkungan Sekolah”, sementara kelas 5 menjalankan “Gerakan Hemat Energi”.

Dengan demikian, kokurikuler memberikan ruang bagi sekolah untuk menyesuaikan kegiatan dengan konteks lokal dan perkembangan siswa.

Penilaian dan Pelaporan

Aspek lain yang sering membingungkan guru adalah bagaimana hasil kegiatan P5 dan kokurikuler dilaporkan kepada orang tua.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Kegiatan P5 memiliki rapor tersendiri di luar rapor akademik. Rapor ini berisi deskripsi capaian siswa berdasarkan dimensi profil Pancasila yang digarap. Misalnya: “Ananda menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar melalui kegiatan daur ulang sampah rumah tangga.”

Penilaian dalam P5 bersifat kualitatif dan deskriptif, menilai proses dan refleksi siswa selama projek berlangsung, bukan hasil akhir semata.

Kegiatan Kokurikuler

Berbeda dengan P5, kegiatan kokurikuler tidak memiliki rapor khusus. Penilaian hasilnya cukup ditulis dalam kolom catatan di bawah rapor utama. Guru menuliskan ringkasan perkembangan siswa selama kegiatan, seperti:

Ananda menunjukkan tanggung jawab dan kedisiplinan dalam kegiatan kebersihan sekolah.

Model ini menegaskan bahwa kokurikuler bersifat terintegrasi dengan kegiatan belajar rutin, bukan program terpisah.

Waktu dan Pola Pelaksanaan

P5 umumnya dilaksanakan dalam blok waktu tertentu, misalnya di akhir semester atau dalam minggu tematik khusus.

Pendekatan ini memungkinkan siswa fokus pada satu tema besar dan menyelesaikan satu siklus proyek dari awal hingga akhir.

Sebaliknya, kokurikuler dapat dijalankan secara reguler (setiap minggu) atau blok (periode tertentu), tergantung kebijakan sekolah.

Beberapa madrasah menempatkan kegiatan kokurikuler di jam pertama setiap hari misalnya untuk pembiasaan “Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.”

Ada juga yang melaksanakannya di akhir semester untuk proyek kolaboratif antar-mapel.

Pendekatan fleksibel ini memudahkan sekolah menyesuaikan kegiatan dengan kalender akademik dan kebutuhan siswa.

Makna Filosofis

Jika disederhanakan, Projek P5 berfokus pada “pembentukan manusia berkarakter dan berjiwa Pancasila”, sedangkan Kokurikuler berfokus pada “penguatan pengetahuan dan kompetensi yang berkarakter.”

Keduanya memiliki titik temu: sama-sama menumbuhkan nilai dan keterampilan abad ke-21 melalui pengalaman belajar yang bermakna.

Perbedaan ini bukanlah sekat, melainkan komplementer.

P5 membangun jiwa dan karakter, kokurikuler memperkuat kompetensi dan penerapan.

Keduanya bersama-sama membentuk pelajar Indonesia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas.

Tantangan Implementasi di Sekolah

Meski secara regulasi sudah jelas, pelaksanaan di lapangan masih menghadapi beberapa tantangan. Banyak guru masih bingung membedakan antara “projek” dan “kegiatan kokurikuler”. Ada pula sekolah yang masih menganggap kokurikuler hanyalah pengganti kegiatan P5.

Beberapa tantangan umum yang muncul:

  1. Belum ada panduan teknis yang cukup rinci di beberapa daerah,
  2. Beban administrasi guru bertambah saat harus merancang dua jenis kegiatan berbeda,
  3. Kurangnya kolaborasi lintas mata pelajaran dalam menyusun tema kokurikuler, dan
  4. Minimnya pemahaman kepala sekolah tentang fleksibilitas kokurikuler.

Namun, di sisi lain, banyak sekolah mulai menemukan bentuk terbaiknya. Madrasah, misalnya, mengintegrasikan kokurikuler dengan kegiatan keagamaan dan pembiasaan karakter seperti “Gerakan Salat Berjamaah” atau “Program Jumat Bersih.” Hasilnya, kegiatan belajar menjadi lebih menyatu dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Kunci Keberhasilan

Keberhasilan implementasi baik P5 maupun kokurikuler bergantung pada tiga hal utama:

  1. Sinergi antar pemangku kepentingan — guru, kepala sekolah, dan komite harus memiliki pemahaman yang sama mengenai arah kegiatan.
  2. Kolaborasi lintas disiplin ilmu — kegiatan sebaiknya tidak hanya dimiliki satu mata pelajaran, tetapi melibatkan banyak guru agar siswa melihat hubungan antarilmu.
  3. Kontekstualisasi lokal — kegiatan harus relevan dengan kehidupan siswa, budaya setempat, dan potensi daerah agar bermakna.

Dengan prinsip ini, kegiatan kokurikuler dan P5 tidak lagi dilihat sebagai beban tambahan, melainkan sebagai ruang kreativitas pendidikan.

Kesimpulan

Pada akhirnya, baik Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) maupun Kegiatan Kokurikuler adalah dua cara berbeda untuk mencapai tujuan yang sama: mendidik manusia Indonesia seutuhnya.

P5 menumbuhkan akar karakter bangsa, sementara kokurikuler memperkokoh batang dan cabang ilmu yang menopang kehidupan nyata. Keduanya saling menguatkan, saling melengkapi bukan bersaing.

Seperti yang sering dikatakan oleh para pendidik, “Karakter tanpa pengetahuan adalah buta, dan pengetahuan tanpa karakter adalah lumpuh.” 

Dengan memahami dan melaksanakan keduanya secara seimbang, sekolah tidak hanya mencetak siswa berprestasi, tetapi juga manusia Indonesia yang berakhlak, cerdas, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa yang dimaksud dengan Projek P5?

Projek P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) adalah kegiatan pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan membentuk karakter siswa sesuai enam dimensi profil pelajar Pancasila.

2. Apa itu kegiatan kokurikuler?

Kegiatan kokurikuler adalah aktivitas pendukung pembelajaran intrakurikuler yang berfungsi memperdalam, memperkaya, dan menguatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

3. Apa perbedaan utama antara Projek P5 dan kokurikuler?

Perbedaan utamanya terletak pada tujuan dan fokus kegiatan. Projek P5 berfokus pada pembentukan karakter dan nilai-nilai Pancasila, sedangkan kokurikuler menekankan penguatan dan penerapan materi pembelajaran.

4. Siapa yang menentukan tema kegiatan P5 dan kokurikuler?

Tema Projek P5 ditetapkan oleh pemerintah pusat secara nasional, sementara tema kokurikuler ditentukan oleh sekolah sesuai kebutuhan, konteks, dan karakteristik peserta didik.

5. Apakah hasil kegiatan kokurikuler dilaporkan dalam rapor khusus?

Tidak ada rapor khusus untuk kokurikuler. Hasil kegiatan dicatat secara ringkas dalam kolom catatan pada rapor utama siswa setiap semester.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url