Fungsi Majas dalam Bahasa Indonesia dan Karya Sastra: Penjelasan Mendalam
Blog tentang Pendidikan - Banyak orang menganggap majas sebagai “hiasan” dalam bahasa. Padahal, majas memiliki fungsi lebih besar dibanding sekadar mempercantik kalimat.
Dalam komunikasi sehari-hari, majas justru membantu pesan menjadi lebih mudah dipahami, lebih menyentuh emosi, dan lebih efektif.
Dalam kesustraan, majas bukan hanya pelengkap tetapi fondasi cara penulis membangun imajinasi, menciptakan suasana, dan menyampaikan pesan filosofis. Tanpa majas, puisi menjadi hambar; cerpen kehilangan ruh; dan novel terasa kaku.
Artikel ini mengupas fungsi-fungsi majas secara mendalam, hanya fokus pada apa yang benar-benar penting untuk dipahami pembaca pendidikan dan pegiat sastra.
Fungsi Majas dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia modern, baik lisan maupun tulisan, memanfaatkan majas untuk meningkatkan efektivitas komunikasi. Berikut fungsi yang paling esensial.
1. Menyampaikan Makna Secara Lebih Hidup dan Tidak Kaku
Bahasa literal sering kali terlalu “datar”. Majas membuat pesan lebih hidup dan memiliki warna emosional.
Contoh:
- “Ia bekerja keras.” (literal)
- “Ia membanting tulang sejak pagi.” (majas → lebih kuat, lebih terasa)
Fungsinya adalah untuk menghidupkan bahasa, sehingga pembaca atau pendengar merasakan situasi, bukan sekadar mengetahuinya.
2. Memperjelas Konsep dengan Cara yang Lebih Mudah Dipahami
Metafora, simile, atau analogi membantu pembaca memahami konsep yang abstrak. Majas bukan sekadar keindahan, tetapi alat penyederhana informasi.
Contoh dalam pembelajaran:
“Darah adalah jalan raya tubuh.”
→ menolong pembaca membayangkan peran pembuluh darah tanpa harus mempelajari istilah kompleks.
Fungsinya untuk mempermudah pemahaman dan membuat pesan lebih cepat “nyambung”.
3. Menegaskan Makna atau Emosi
Beberapa majas seperti hiperbola, repetisi, atau pleonasme dipakai untuk memperkuat pesan penting.
Contoh:
- “Saya sudah bilang berkali-kali.”
- “Anak itu pintar sekali, sangat pintar.”
Fungsinya sebagai penegasan, agar inti makna tidak terlewat. Dalam teks pidato, pengajaran, atau opini, fungsi ini sangat krusial.
4. Menghadirkan Efek Emosional
Majas menyentuh sisi psikologis pembaca. Sebuah kalimat yang memakai majas tepat dapat memantik empati, tawa, atau rasa iba.
Contoh:
“Air matanya jatuh tanpa suara.”
→ Menggugah rasa, bukan sekadar menjelaskan.
Fungsinya untuk mengaktifkan emosi, sehingga pesan lebih bermakna secara personal.
5. Memperindah Bahasa agar Lebih Menarik Dibaca
Fungsi estetika tetap penting. Bahasa yang indah lebih gampang menarik perhatian, apalagi di era digital ketika orang cepat bosan.
Tulisan dengan majas yang baik membuat pembaca bertahan lebih lama. Fungsinya meningkatkan daya tarik teks dan menjaga atensi pembaca.
6. Menyampaikan Kritik atau Sindiran Secara Halus
Ironi, satire, dan sarkasme adalah majas yang paling sering dipakai dalam percakapan publik.
Contoh:
“Hebat sekali, tugasmu tidak pernah selesai tepat waktu.” (ironi)
Fungsinya adalah untuk menyampaikan kritik tanpa harus frontal, sering dipakai dalam wacana politik dan media.
7. Membangun Identitas Penutur atau Penulis
Cara seseorang memakai majas sering menunjukkan karakternya. Misalnya:
- Komunikator humoris memakai ironi dan hiperbola.
- Guru memakai analogi edukatif.
- Jurnalis feature memakai personifikasi dan metafora lembut.
Fungsinya untuk menciptakan gaya komunikasi yang khas.
Fungsi Majas dalam Karya Sastra
Jika dalam bahasa sehari-hari majas bersifat fungsional, dalam karya sastra majas memiliki peran yang jauh lebih dalam. Majas adalah “roh” yang menghidupkan karya.
Berikut fungsi utamanya:
1. Membangun Imaji yang Memperkuat Cerita
Dalam sastra, pembaca tidak sekadar menerima informasi, mereka harus membayangkan dunia cerita. Majas menciptakan imaji yang membuat pembaca masuk ke dalam pengalaman tokoh.
Contoh:
“Malam merayap pelan, menutup kota dengan selimut hitam.”
Fungsinya membentuk gambaran visual, sehingga suasana terasa nyata.
2. Menciptakan Suasana dan Mood yang Khas
Setiap karya sastra memiliki atmosfer. Majas membantu memperkuat suasana itu.
- Suasana murung → metafora gelap, personifikasi kesunyian
- Suasana harapan → hiperbola cahaya, metafora tumbuh
Fungsinya adalah untuk mengendalikan mood pembaca.
3. Menghadirkan Kedalaman Makna
Sastra tidak sekadar bercerita namun ia menawarkan tafsir. Melalui majas, pesan-pesan filosofis bisa tersampaikan dengan elegan tanpa harus dijelaskan secara gamblang.
Contoh:
- Perjalanan → simbol perjalanan hidup
- Air → simbol waktu atau perubahan
- Cermin → refleksi diri
Fungsinya memperkaya lapisan makna dalam teks sastra.
4. Memberikan Ruang bagi Interpretasi Pembaca
Sastra yang baik tidak mengurung pembaca dalam satu makna. Majas membuka ruang interpretasi yang luas.
Contoh puisi pendek:
“Aku mencari rumah dalam diriku.”
→ Bisa diartikan sebagai pencarian identitas, cinta, atau ketenangan.
Fungsinya untuk menciptakan multi-tafsir, ciri khas sastra yang berumur panjang.
5. Membentuk Gaya Penulisan dan Identitas Estetik
Pilihan majas adalah tanda tangan seorang penulis.
Misalnya:
- Sapardi → metafora lembut, personifikasi alam
- Chairil Anwar → metafora tajam dan tegang
- Pramoedya → narasi realistis dengan majas retoris
Fungsinya antara lain untuk menandai gaya dan karakter sastra seorang penulis.
6. Mendorong Kekuatan Emosional Cerita
Majas tidak hanya sebagai estetika, tetapi juga penggerak rasa.
Contoh:
“Kesedihan itu berjalan bersamaku sepanjang sore.”
→ Menghadirkan rasa tanpa menjelaskan secara datar.
Jadi, Fungsinya berguna untuk memperkuat pengalaman emosional pembaca.
Mengapa Fungsi Majas di Bahasa dan Sastra Berbeda?
Meski sering dipelajari bersamaan, fungsi majas dalam bahasa umum dan sastra memiliki perbedaan orientasi:
Tabel Perbandingan Fungsi Majas dalam Bahasa Indonesia (Umum) vs Karya Sastra
| Aspek | Bahasa Indonesia (Umum) | Karya Sastra |
|---|---|---|
| Tujuan Utama | Memperjelas pesan, membantu pemahaman, dan mengefektifkan komunikasi sehari-hari. | Menciptakan imaji, kedalaman makna, dan keindahan estetik dalam teks sastra. |
| Pendekatan | Lebih pragmatis dan fungsional; menekankan kejelasan dan ketepatan makna. | Lebih simbolik dan interpretatif; mengandalkan kreativitas dan eksplorasi makna. |
| Dampak | Mempermudah pemahaman pesan dan meningkatkan daya ingat pembaca/pengguna bahasa. | Memunculkan emosi, membangun suasana, dan memberi ruang tafsir yang lebih luas. |
| Gaya | Cenderung ringkas, lugas, dan sesuai konteks komunikasi seperti pidato, berita, atau pengajaran. | Lebih artistik, imajinatif, dan ekspresif sebagai bagian dari estetika karya sastra. |
| Contoh Penggunaan | Metafora ringan dalam artikel, analogi dalam penjelasan, atau hiperbola untuk penegasan. | Metafora kompleks dalam puisi, alegori panjang dalam novel, atau personifikasi dalam prosa. |
| Catatan: Perbedaan ini bersifat orientatif; dalam praktik, keduanya sering saling mempengaruhi. | ||
Perbedaan ini penting untuk dipahami agar siswa tidak sekadar menghafal jenis majas, tetapi memahami konteks penggunaannya.
Kesimpulan
Majas memiliki fungsi yang sangat penting yang bukan sebagai hiasan, tetapi sebagai alat komunikasi dan alat ekspresi.
Dalam bahasa Indonesia, majas memperjelas pesan, memperindah tuturan, dan menguatkan makna. Dalam sastra, majas membangun dunia, menghadirkan emosi, dan memperkaya simbolisme.
Memahami fungsi majas membantu kita membaca lebih kritis, menulis lebih efektif, dan menikmati karya sastra dengan lebih dalam.
Pertanyaan Umum (FAQ)
1. Mengapa majas begitu penting dalam karya sastra?
Majas penting karena ia mengubah bahasa biasa menjadi pengalaman emosional. Dalam sastra, pembaca tidak hanya mencari informasi, tetapi juga rasa, suasana, dan kedalaman makna. Majas membuat penulis mampu “menghadirkan” dunia baru tanpa deskripsi panjang, cukup melalui kiasan yang tepat.
2. Apakah majas yang digunakan dalam percakapan sehari-hari sama fungsinya dengan majas dalam sastra?
Tidak sama. Majas dalam obrolan sehari-hari biasanya spontan dan berfungsi menegaskan pesan atau mengekspresikan emosi sesaat, misalnya “cape banget kayak mau roboh”. Sementara dalam sastra, majas dipilih secara sadar untuk menciptakan simbol, ironi, tensi cerita, bahkan karakterisasi.
3. Apa fungsi majas yang paling penting dalam penggunaan bahasa?
Tidak ada satu jawaban tunggal karena fungsi majas sangat bergantung pada tujuan komunikasinya. Namun secara umum, tiga fungsi dominan adalah:
- Memperjelas makna: memperkuat pesan tanpa harus bertele-tele.
- Membangkitkan imaji: membuat pembaca “melihat” dan “merasakan” sesuatu yang abstrak.
- Menghidupkan suasana: memberikan warna emosional yang tidak bisa dicapai oleh bahasa literal.
Ketika tiga fungsi ini berpadu, majas menjadi alat paling kuat untuk memengaruhi persepsi dan emosi pembaca.
4. Apakah majas selalu membuat kalimat terasa indah dan halus?
Tidak selalu. Keindahan majas itu kontekstual. Banyak majas, seperti ironi, sarkasme, atau satire, justru memilih nada keras, menggigit, atau bahkan menyakitkan. Namun, meski tidak selalu “indah” secara estetis, majas tetap memiliki nilai artistik karena menyampaikan kritik atau pesan dengan cara yang lebih tajam dan menarik perhatian.
5. Bisakah karya sastra tetap hidup dan kuat tanpa penggunaan majas?
Sangat sulit. Majas adalah “nyawa” dalam bahasa sastra. Ia memberi ruang bagi ambiguitas, interpretasi, dan makna berlapis, hal-hal yang membuat sastra berbeda dari laporan teknis atau tulisan informatif. Tanpa majas, cerita mungkin tetap berjalan, tetapi kehilangan atmosfer, kedalaman rasa, dan karakter bahasa yang membuat pembaca ingin terus menyelami teks.