Majas yang Perlu Dipahami! Pengertian, Jenis, Fungsi & Contoh Lengkap

Blog tentang Pendidikan - Di banyak ruang kelas, guru Bahasa Indonesia sering memulai pelajaran dengan sebuah kalimat sederhana: “Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga cermin cara berpikir.” 

Kalimat itu tampak klise, namun sesungguhnya menggambarkan inti dari pembelajaran bahasa: menumbuhkan kepekaan berbahasa, memperkaya ekspresi, dan memperhalus logika.

Dalam konteks pendidikan, majas memegang peran besar dalam membentuk kemampuan literasi siswa. Majas tidak sekadar hiasan kata-kata dalam puisi atau cerpen. Ia adalah cara kita memberi warna pada pikiran, menekankan pesan, dan membangun imajinasi. 

Majas juga menjadi jembatan antara kemampuan berbahasa literal dan cara berpikir kreatif dimana menjadi dua kompetensi yang ditekankan dalam berbagai kurikulum pendidikan, termasuk Kurikulum Merdeka.

Di tengah gempuran informasi digital yang serba cepat, pemahaman tentang majas membantu siswa menafsirkan makna, membedakan bahasa lugas dan figuratif, serta mengenali retorika yang sering digunakan dalam teks akademik, media sosial, maupun pidato publik. Dengan kata lain, mempelajari majas berarti meningkatkan literasi kritis, salah satu indikator kualitas pendidikan menurut UNESCO.

Artikel ini akan membahas majas secara tuntas: mulai dari pengertian, fungsi, jenis-jenis lengkap, hingga contoh konkret yang relevan dengan dunia pendidikan.

Pengertian Majas

Secara sederhana, majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan makna melalui cara yang tidak selalu literal, tetapi menggunakan pengiasan, perbandingan, atau permainan makna. 

Dalam buku stilistika dan retorika yang digunakan di perguruan tinggi, majas sering disebut sebagai figures of speech atau figurative language.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, majas membantu siswa memahami bahwa bahasa tidak hanya terdiri dari struktur gramatikal, tetapi juga efek rasa dan nilai estetik. Ia membuat kalimat lebih hidup, menciptakan nuansa emosi, memperjelas pesan abstrak, dan memikat pembaca.

Beberapa ahli mendefinisikan majas sebagai berikut:

  1. Keraf (2010): Majas adalah cara penyimpangan bahasa yang sengaja dilakukan untuk memperoleh efek tertentu.
  2. Tarigan (2013): Majas merupakan penggunaan bahasa secara artistik yang melampaui makna sebenarnya dengan tujuan gaya atau retorik.
  3. Kemdikbud (Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia): Majas adalah pilihan gaya bahasa yang memperindah, menegaskan, atau memperkuat makna dalam karya sastra maupun teks lainnya.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa majas tidak hanya berfungsi untuk mempercantik kalimat, tetapi juga untuk menyesuaikan pesan dengan konteks, tujuan komunikasi, serta efek psikologis yang ingin ditimbulkan.

Fungsi Majas dalam Dunia Pendidikan

Majas tidak berdiri sebagai materi abstrak tanpa manfaat praktis. Dalam proses pembelajaran baik di sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi, majas memiliki sejumlah fungsi:

1. Mengembangkan Daya Imajinasi Siswa

Bahasa figuratif mendorong siswa untuk melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Ketika guru menjelaskan majas metafora seperti “waktu adalah pedang”, siswa diajak memahami konsep abstrak melalui objek konkret. Ini membantu pengembangan abstract thinking yang menjadi fondasi berpikir tingkat tinggi (HOTS).

2. Meningkatkan Kemampuan Menafsirkan Teks

UNESCO menekankan bahwa literasi bukan hanya kemampuan membaca, tetapi juga memahami konteks dan menafsirkan makna. Majas melatih siswa untuk:

  • Membaca di balik kata-kata,
  • Membedakan makna literal dan makna kias,
  • Mengenali bias dan sudut pandang penulis.

Kemampuan ini penting dalam ujian nasional, asesmen kompetensi minimum (AKM), maupun pembelajaran berbasis teks.

3. Memperkaya Diksi dan Keterampilan Menulis

Siswa yang memahami majas lebih mampu menulis esai, cerpen, puisi, atau teks argumentatif dengan gaya yang kuat. Majas membantu mereka menggunakan kata secara ekonomis namun berdampak, menegaskan argumentasi, serta menyampaikan emosi secara lebih efektif.

Di kelas, guru bahasa sering melihat peningkatan kualitas tulisan siswa setelah mereka mempelajari majas dan melakukan latihan penerapannya.

Baca Juga:
150+ Contoh Majas dalam Kalimat yang Bisa Kamu Pahami

4. Meningkatkan Sensitivitas Bahasa dan Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak komunikasi publik menggunakan majas:

  • Iklan menggunakan hiperbola,
  • Orator memakai repetisi dan retorika,
  • Jurnalis menggunakan personifikasi,
  • Novel menggunakan metafora dan ironi.

Mempelajari majas membantu siswa memahami konteks komunikasi secara lebih kritis, terutama di era media digital yang kaya retorika.

5. Menguatkan Apresiasi Sastra

Karya sastra tidak lengkap tanpa majas. Majas membangun suasana, karakter, konflik, dan tema. Memahami majas berarti membuka pintu apresiasi sastra yang lebih luas dimana sebuah kompetensi yang diamanatkan oleh profil Pelajar Pancasila yakni bernalar kritis dan kreatif.

Baca Juga:
Cara Mengenali Majas dalam Kalimat

Jenis-jenis Majas dan Contoh Lengkap

Dalam buku-buku stilistika, majas sering dibagi menjadi empat kelompok besar: majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. 

Namun, untuk kepentingan pembelajaran modern yang lebih sistematis, artikel ini menyajikan pengelompokan yang lebih terstruktur lengkap dengan contoh kontekstual di dunia pendidikan.

Majas Perbandingan

Majas perbandingan membuat hubungan antara dua hal, biasanya untuk memperjelas makna atau memberikan gambaran lebih hidup.

1. Metafora

Metafora menyatakan sesuatu dengan cara mengidentikkan dua hal yang berbeda.

Contoh:

  • “Anak itu adalah bintang kelas.”
  • “Guru adalah pelita ilmu.”

Dalam konteks pendidikan, metafora sering digunakan untuk memotivasi siswa.

2. Simile (Perumpamaan)

Simile membandingkan dua hal menggunakan kata seperti, bak, bagaikan, laksana.

Contoh:

  • “Semangatnya bagaikan matahari terbit yang menghangatkan suasana kelas.”
  • “Tulisannya seperti benang kusut saat ia terburu-buru.”

3. Personifikasi

Menyatakan benda mati seolah-olah mampu bertindak seperti manusia.

Contoh:

  • “Jam dinding mengejek ketika ujian hampir selesai.”
  • “Halaman buku itu menyapa para siswa yang baru membacanya.”

Ilustrasi personifikasi ini sering digunakan dalam buku pelajaran tingkat SD untuk membangun imajinasi.

4. Metonimia

Mengganti nama objek dengan sesuatu yang melekat padanya.

Contoh:

  • “Ia datang ke sekolah dengan Honda baru.”
  • “Semua siswa diminta membawa Excel untuk pengolahan data.”

5. Sinekdoke

Terdiri dari dua macam:

  • Pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan): “Setiap kepala harus hadir dalam rapat komite.”
  • Totum pro parte (keseluruhan untuk sebagian): “Indonesia meraih juara olimpiade matematika.”

6. Alegori

Majas yang menggunakan rangkaian makna kias untuk menggambarkan suatu konsep.

Contoh:

“Perjalanan pendidikan adalah perahu yang menavigasi ombak tantangan menuju pantai pengetahuan.”

Guru sering memakai alegori untuk memberikan pemahaman abstrak pada siswa.

Baca Juga:
Perbedaan Majas, Gaya Bahasa, dan Stilistika

Majas Pertentangan

Majas ini menggunakan pertentangan makna untuk menegaskan pesan.

1. Litotes

Mengungkapkan dengan merendahkan diri.

Contoh:

  • “Ini hanya tugas kecil, tapi penting untuk nilai akhir.”
  • “Saya hanya guru biasa yang ingin muridnya sukses.”

2. Hiperbola

Mengungkapkan sesuatu secara berlebihan.

Contoh:

  • “Pekerjaan rumah ini membuat kepalaku meledak.”
  • “Antrian di perpustakaan panjang tak berujung.”

3. Paradoks

Menyatakan hal yang bertentangan dengan fakta.

Contoh:

  • “Di tengah sekolah yang ramai, ia merasa paling sendiri.”
  • “Gedung sekolah itu luas, namun siswa merasa sempit oleh aturan.”

4. Antitesis

Menggabungkan dua kata yang berlawanan.

Contoh:

  • “Setiap siswa, baik pintar maupun kurang pintar, berhak mendapat dukungan.”
  • “Soal ujian terdiri dari pertanyaan mudah sampai sulit.”

Majas Sindiran

Majas sindiran digunakan penulis atau pembicara untuk menyampaikan kritik dan penilaian secara halus namun tetap terasa pesannya. 

Dalam lingkungan pendidikan, kemampuan membaca dan memahami sindiran sangat penting agar siswa dapat menangkap maksud komunikasi secara cerdas dan tidak gagal paham.

1. Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang menyampaikan makna kebalikan dari keadaan yang sebenarnya, sering digunakan untuk menyadarkan atau menyindir.

Contoh:

  • “Ruang kelas ini benar-benar rapi, semua kertas berserakan di lantai.”
  • “Wah, bagus sekali nilaimu, hanya nyaris menyentuh KKM.”

2. Sarkasme

Sarkasme merupakan sindiran paling keras dan cenderung menyerang secara langsung. Penggunaannya perlu sangat hati-hati dalam dunia pendidikan karena berpotensi melukai psikologis siswa.

Contoh:

  • “Kalau membaca saja kamu malas, jangan mimpi jadi juara kelas.”
  • “Presentasimu sangat mengagumkan, kami semua hampir tertidur.”

Guru profesional sebaiknya menghindari sarkasme, karena tidak sesuai prinsip komunikasi edukatif.

3. Sinisme

Sindiran yang mengandung keraguan atau ketidakpercayaan pada kebaikan sesuatu.

Contoh:

  • “Tentu saja dia mengerjakan tugas, pasti karena takut hukumannya, bukan karena rajin.”
  • “Wah, rajin benar kamu datang tepat waktu… hanya telat 20 menit hari ini.”

Majas Penegasan

Digunakan untuk memperkuat pesan, menegaskan maksud, atau membangkitkan emosi dalam teks.

1. Repetisi

Pengulangan kata, frasa, atau kalimat untuk memperkuat makna.

Contoh:

  • “Belajar membutuhkan waktu, belajar membutuhkan kesabaran, belajar membutuhkan kemauan.”
  • “Kita bisa, kita mampu, kita wujudkan mimpi itu.”

2. Klimaks dan Antiklimaks

  • Klimaks: urutan meningkat. Contohnya: “Tugas harian, proyek akhir, hingga ujian nasional harus dipersiapkan baik-baik.”
  • Antiklimaks: urutan menurun: Contohnya: “Kepala sekolah, guru, staf administrasi, hingga penjaga sekolah hadir dalam upacara.”

3. Paralelisme

Pengulangan struktur gramatikal yang sama.

Contoh:

  • “Kita belajar dengan membaca, kita tumbuh dengan mencoba, kita maju dengan berkarya.”
  • “Guru yang baik mengajar, guru yang hebat menginspirasi.”

4. Pleonasme dan Tautologi

  • Pleonasme: penggunaan kata berlebihan tetapi menegaskan makna. Contohnya: “Ia turun ke bawah dari lantai dua.”
  • Tautologi: menggunakan sinonim berulang. Contohnya: “Benar dan tepat nilai ujianmu.”

Contoh Penerapan Majas dalam Pembelajaran

Bayangkan situasi nyata di kelas Bahasa Indonesia tingkat SMP. Guru meminta siswa menulis paragraf tentang pentingnya membaca.

Seorang siswa menulis:

Buku adalah jendela dunia, dan setiap halaman adalah kaki yang membawa kita melangkah menuju negeri-negeri jauh yang belum pernah kita injak.

Dalam kutipan tersebut muncul metafora (buku adalah jendela dunia) dan personifikasi (halaman membawa kita melangkah). Guru dapat menggunakan contoh siswa tersebut untuk:

  • Menjelaskan efek emosional bahasa figuratif,
  • Memperkuat keterampilan menulis kreatif,
  • Memuji kreativitas yang selaras dengan Profil Pelajar Pancasila: bernalar kritis, kreatif, dan komunikatif.

Kesimpulan

Mempelajari majas bukan semata-mata menghafal istilah seperti metafora, personifikasi, atau repetisi. Jauh lebih dari itu, majas membantu kita memahami bahwa bahasa memiliki cara yang kreatif dalam menyampaikan kebenaran. Ia menajamkan rasa bahasa, membangun imajinasi, dan memperkaya kemampuan berpikir kritis.

Dalam dunia pendidikan, penguasaan majas bukan hanya kompetensi berbahasa, tetapi juga modal intelektual. 

Siswa yang memahami figurasi bahasa cenderung: lebih hebat dalam menafsirkan informasi, tidak mudah terjebak manipulasi retorika, mampu menyampaikan gagasan dengan daya pikat, dan mampu mengapresiasi sastra sebagai bagian dari peradaban.

Pada akhirnya, majas bukan hanya unsur estetika. Ia adalah alat pendidikan mental, emosional, dan intelektual.

Ketika guru mengajarkan majas, sesungguhnya ia sedang menumbuhkan generasi yang peka bahasa, kritis membaca, jernih berpikir, dan bijak berkomunikasi.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa itu majas dalam Bahasa Indonesia?

Majas adalah gaya bahasa kiasan yang digunakan untuk memperindah, menegaskan, atau memberi efek tertentu dalam komunikasi. Maknanya tidak literal, tetapi menghadirkan gambaran atau perasaan tertentu bagi pembaca.

2. Jenis majas apa yang paling sering keluar di soal ujian sekolah?

Jenis yang paling sering muncul di AKM/ANBK, UTBK, dan ujian Bahasa Indonesia meliputi: metafora, simile, personifikasi, hiperbola, ironi, dan repetisi. Enam jenis ini dianggap fundamental dalam literasi membaca.

3. Bagaimana cara membedakan metafora dan simile dalam teks?

Metafora → Mengidentikkan langsung (tanpa kata pembanding).

  Contoh: “Dia adalah cahaya keluarga.”

Simile → Membandingkan secara eksplisit menggunakan “seperti/bagai/laksana.”

  Contoh: “Dia bagaikan cahaya keluarga.”

4. Mengapa mempelajari majas penting bagi siswa?

Karena pemahaman majas meningkatkan:

  • kemampuan interpretasi makna tersirat,
  • keterampilan menulis kreatif,
  • literasi kritis,
  • apresiasi sastra,
  • dan sensitivitas bahasa dalam komunikasi sehari-hari.

Kemampuan ini termasuk kompetensi utama dalam Kurikulum Merdeka.

5. Apakah majas hanya digunakan dalam puisi dan cerpen?

Tidak. Majas ditemukan di iklan, pidato, berita, esai pendidikan, media sosial, narasi sejarah, hingga kampanye publik. Artinya, memahami majas juga membantu siswa membaca informasi digital dengan lebih kritis.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url