Strategi Menangani Siswa Bermasalah Tanpa Mengurangi Kepercayaan Dirinya

Blog tentang Pendidikan - Istilah siswa bermasalah seringkali membawa stigma negatif yaitu dianggap nakal, pembangkang, atau sulit diatur. Padahal, setiap anak punya potensi yang bisa digali bila diberi ruang dan bimbingan yang tepat. Pendidikan sejatinya harus hadir untuk mendukung semua siswa, termasuk mereka yang mengalami kesulitan belajar, emosional, maupun sosial.

Di Indonesia, hal ini ditegaskan lewat berbagai regulasi seperti Permendiknas No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif hingga kebijakan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran holistik. Tantangannya, bagaimana sekolah dan guru dapat menangani siswa bermasalah tanpa menjatuhkan harga diri mereka? nah, disinilah akan kita bahas.

Strategi di Kelas

1. Pembelajaran Diferensiasi

Tidak semua anak belajar dengan cara yang sama. Ada yang cepat menangkap materi lewat gambar, ada yang lebih suka mendengar penjelasan, sementara sebagian lain butuh praktik langsung. Konsep pembelajaran diferensiasi muncul untuk menjawab realitas ini.

Guru dapat menyesuaikan materi, metode, dan penilaian berdasarkan kesiapan serta minat siswa. Misalnya, ketika mengajarkan konsep pecahan, siswa yang kesulitan bisa diajak praktik dengan memotong kue atau kertas, bukan hanya mengerjakan soal abstrak. Dengan cara ini, siswa yang tadinya minder merasa bahwa mereka juga mampu memahami pelajaran seperti siswa lainnya.

Keberhasilan kecil inilah yang pelan-pelan membangun rasa percaya diri. Saat anak merasa diperhitungkan, motivasi mereka untuk belajar tumbuh. Kebijakan diversifikasi kurikulum yang diatur pemerintah pun sejalan dengan semangat ini: bukan memaksakan keseragaman, melainkan memberi ruang sesuai kemampuan masing-masing mereka.

2. Social Emotional Learning (SEL)

Selain pengetahuan akademik, sekolah juga harus mengajarkan keterampilan mengelola emosi dan membangun hubungan sosial. Inilah yang disebut pembelajaran sosial-emosional (SEL).

Melalui SEL, siswa diajak memahami perasaan diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan belajar cara menyelesaikan konflik dengan sehat. Misalnya, lewat diskusi kelas tentang perasaan marah, kegiatan bermain peran tentang cara meminta maaf, atau latihan relaksasi sederhana.

Kurikulum Merdeka yang kini diterapkan banyak sekolah di Indonesia selaras dengan pendekatan ini. Fokusnya bukan hanya mencetak murid pintar secara akademis, tetapi juga tangguh secara emosional. Dampaknya? Siswa yang awalnya sering meluapkan emosi dengan cara agresif, bisa belajar menyalurkannya lebih bijak. Kepercayaan diri pun tumbuh karena mereka merasa mampu mengendalikan diri.

3. Disiplin Positif

Di masa lalu, hukuman sering dipakai sebagai cara utama mendisiplinkan siswa. Ada yang disuruh berdiri di depan kelas, ada yang dicubit, bahkan ada yang dikeluarkan dari ruang belajar. Namun, cara seperti ini seringkali justru mempermalukan anak dan menurunkan harga diri mereka.

Pendekatan baru yang kini banyak dianjurkan adalah disiplin positif dan restoratif. Intinya, kesalahan tetap ditindak, tetapi lewat dialog yang memperbaiki, bukan menghukum. Salah satu model yang populer adalah segitiga restitusi yaitu menenangkan identitas siswa terlebih dahulu, membantu mereka memahami kesalahannya, lalu mengajak mereka memperbaiki dengan pilihan yang positif.

Contohnya, ketika seorang siswa ketahuan menyontek, guru bisa berkata: “Saya tahu kamu sebenarnya anak yang bertanggung jawab. Menurut kamu, apa yang membuatmu menyontek? Bagaimana kalau kita cari cara agar kamu tetap bisa jujur meski sulit?” Dengan cara ini, anak merasa dihargai, tidak dipermalukan, sekaligus belajar bertanggung jawab.

4. Konseling dan Dukungan Sebaya

Tidak semua masalah bisa ditangani di dalam kelas. Di sinilah peran bimbingan konseling (BK) menjadi sangat penting. Penelitian menunjukkan, konseling kelompok atau *peer counseling* (pendampingan sebaya) terbukti mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Misalnya, seorang siswa yang sering merasa minder bisa mendapat dukungan dari teman sebaya yang dilatih menjadi konselor kecil. Ketika ia merasa didengar oleh teman, rasa percaya dirinya bertumbuh. Guru BK bersama guru kelas juga bisa mengadakan kelompok diskusi rutin untuk saling berbagi perasaan, sehingga siswa tahu mereka tidak sendirian menghadapi masalah.

5. Menciptakan Kelas yang Inklusif dan Ramah

Kelas yang sehat bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang di mana setiap anak merasa aman dan diterima. Guru bisa membuat aturan kelas yang tegas tapi tetap ramah, memberi pujian atas usaha kecil, dan menyediakan kesempatan bagi setiap anak untuk tampil.

Jika ada kasus perundungan, guru perlu segera turun tangan. Tidak dengan memarahi pelaku di depan kelas, melainkan lewat mediasi dan pengarahan pribadi. Program anti-bullying yang kini banyak dijalankan sekolah di Indonesia bertujuan membangun budaya saling menghargai.

Kegiatan kelompok dan ekstrakurikuler juga berperan besar. Anak yang tadinya suka menyendiri bisa menemukan komunitas baru, entah lewat olahraga, seni, atau kegiatan sosial. Dari sana, mereka merasa lebih diterima, yang otomatis meningkatkan rasa percaya diri.

Baca Juga:
Surat Panggilan Orangtua Siswa Bermasalah

Kebijakan dan Program Sekolah

Strategi di kelas perlu ditopang oleh kebijakan sekolah yang jelas. Beberapa regulasi pendidikan di Indonesia sudah menekankan pentingnya pendekatan inklusif.

  1. Permendiknas nomor 70 tahun 2009: menegaskan bahwa semua siswa, termasuk yang punya kebutuhan khusus atau tantangan emosional, berhak belajar di kelas reguler dengan dukungan sesuai.
  2. Permendikbud nomor 82 tahun 2015 tentang Sekolah Ramah Anak: mewajibkan sekolah menyediakan lingkungan aman dari kekerasan dan diskriminasi.
  3. Permendikbudristek No.111 tahun 2014: memperjelas peran guru BK dalam menangani masalah psikososial siswa.
  4. Keputusan Mendikbudristek No.56/M/2022: mendorong diversifikasi kurikulum agar sesuai kondisi sekolah dan kebutuhan siswa.

Di lapangan, kebijakan ini diwujudkan lewat berbagai program. Misalnya, sekolah menyediakan ruang konseling yang nyaman, melatih guru tentang psikologi anak, hingga membuat mekanisme komunikasi terbuka dengan orang tua.

Program Sekolah Penggerak dan Merdeka Belajar juga menekankan pendidikan holistik yang berfokus pada pembentukan karakter. Anak tidak lagi hanya diukur lewat nilai, tetapi juga lewat keterampilan sosial-emosional.

Selain itu, kerja sama dengan orang tua dan komunitas menjadi kunci. Program anti-bullying misalnya, tidak bisa berjalan efektif tanpa dukungan keluarga. Sekolah perlu mengadakan sosialisasi, pertemuan rutin, dan forum diskusi agar semua pihak terlibat.

Strategi yang Menyesuaikan dengan Jenis Masalah

Secara umum, masalah siswa bisa dikategorikan ke dalam empat jenis: perilaku, akademik, emosional, dan sosial. Berikut strategi yang bisa diterapkan:

  1. Masalah perilaku: disiplin positif, SEL, penghargaan atas perubahan sikap.
  2. Masalah akademik: pembelajaran diferensiasi, remedial, tutor sebaya.
  3. Masalah emosional: konseling, mindfulness, ruang aman untuk berbagi.
  4. Masalah sosial: kegiatan kelompok, program anti-bullying, kolaborasi orang tua.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa solusi tidak pernah tunggal. Guru dan sekolah perlu fleksibel, menyesuaikan strategi dengan kondisi nyata yang dihadapi anak.

Penutup

Menangani siswa bermasalah bukan soal mencari kesalahan, tetapi soal memberi mereka kesempatan untuk tumbuh. Hukuman keras mungkin membuat anak patuh sementara, tapi bisa meruntuhkan rasa percaya diri mereka. Sebaliknya, pendekatan yang humanis yaitu lewat diferensiasi, SEL, disiplin positif, konseling, hingga kebijakan inklusif yang akan membuat anak merasa dihargai.

Jika sekolah mampu menciptakan ekosistem yang aman dan suportif, maka siswa bermasalah pun punya peluang berkembang. Mereka bisa belajar dari kesalahan tanpa kehilangan harga diri, menemukan potensi diri, dan pada akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang kuat.

Pendidikan sejatinya bukan hanya tentang mencetak siswa cerdas, tetapi juga manusia yang berkarakter, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan hidup.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url