Contoh Nyata Pelanggaran Kode Etik Guru di Lingkungan Sekolah

Blog tentang Pendidikan - Pernah nggak, Bapak/Ibu dengar cerita tentang guru yang memarahi murid di depan kelas sampai membuatnya menangis? Atau guru yang terang-terangan pilih kasih dalam memberikan nilai? Mungkin sebagian dari kita menganggap itu hal sepele. Tapi kalau ditelisik lebih dalam, sebenarnya ini masuk dalam pelanggaran kode etik guru.

Pada artikel kali ini, kita bakal ngobrol santai soal contoh nyata pelanggaran kode etik guru, bagaimana dampaknya, kenapa bisa terjadi, dan apa solusinya. Bukan buat menyudutkan guru, ya. Tapi supaya kita sama-sama paham bahwa menjaga etika itu penting baik bagi guru, siswa, maupun orang tua.

Apa Itu Kode Etik Guru dan Kenapa Penting?

Kode etik guru itu seperti aturan moral yang jadi pedoman dalam berperilaku dan bertindak di dunia pendidikan. Bukan cuma soal aturan tertulis, tapi juga soal sikap, profesionalisme, dan keteladanan.

Kalau diibaratkan, kode etik itu kompas moral. Tanpa itu, dunia pendidikan bisa kehilangan arah. Dan ketika guru sebagai figur sentral justru melanggar etikanya, maka kepercayaan publik bisa runtuh.

Contoh Pelanggaran Kode Etik Guru

Berikut beberapa contoh nyata pelanggaran yang sering (dan kadang tidak disadari) terjadi di lingkungan sekolah.

Pelanggaran Ringan

1. Datang Terlambat Secara Terus-Menerus

Beberapa guru datang ke sekolah lewat dari jam masuk, bahkan saat siswa sudah menunggu di kelas. Ini bisa mengganggu proses belajar dan menunjukkan contoh disiplin yang buruk.

2. Ngobrol Kasar atau Menyindir Siswa di Depan Umum

Contoh: “Kamu bodoh banget sih, soal gini aja nggak bisa!”

Terkesan mendidik dengan keras, tapi justru bisa membuat siswa trauma dan tidak percaya diri.

3. Main HP Saat Mengajar

Coba bayangkan kalau guru justru sibuk cek WhatsApp saat murid bertanya. Bukan cuma mengganggu fokus, tapi juga menunjukkan sikap tidak menghargai waktu belajar.

Pelanggaran Sedang

1. Membocorkan Soal Ujian

Ini masih terjadi, lho. Entah karena alasan membantu siswa atau diminta “tolong” oleh orang tua. Tapi ini jelas-jelas mencederai integritas profesi guru.

2. Nilai Berdasarkan Kedekatan, Bukan Prestasi

Guru yang lebih sering memberi nilai tinggi pada siswa favorit, atau karena siswa aktif di kelas, tanpa mempertimbangkan kualitas tugasnya.

3. Mengabaikan Kasus Perundungan di Kelas

Diamnya guru saat melihat siswa dibully, atau malah menganggap itu sebagai “hal biasa” adalah bentuk pelanggaran etika tanggung jawab sosial.

Pelanggaran Berat

1. Kekerasan Fisik atau Verbal

Seperti memukul siswa karena tidak mengerjakan PR, atau berteriak hingga siswa ketakutan. Ini sudah melanggar hukum dan bisa dikenai sanksi pidana.

2. Hubungan Tidak Pantas dengan Siswa

Ini pelanggaran berat dan sangat sensitif. Banyak kasus yang akhirnya viral karena guru menjalin hubungan tidak profesional dengan siswanya.

3. Mengunggah Konten Pribadi Siswa Tanpa Izin

Misalnya, guru mem-posting kesalahan siswa di media sosial dengan caption menyindir. Selain tidak etis, ini juga melanggar privasi anak.

Kelebihan dan Tantangan Guru dalam Menjaga Etika

Kelebihan Guru yang Menjaga Etika

  • Dihormati dan dipercaya oleh siswa, orang tua, dan masyarakat.
  • Menjadi role model yang sesungguhnya.
  • Suasana kelas jadi positif dan produktif.
  • Dapat mendidik dengan hati, bukan hanya dengan materi.

Tantangan yang Sering Dihadapi

  • Tekanan dari atasan atau orang tua siswa.
  • Jumlah siswa terlalu banyak, beban kerja menumpuk.
  • Guru tidak mendapat pelatihan etika secara rutin.
  • Kultur sekolah yang permisif terhadap pelanggaran.

Tips Praktis untuk Guru agar Tetap Beretika

Etika bukan cuma soal tahu mana yang benar, tapi juga berani untuk melakukannya dengan konsisten. Berikut beberapa langkah sederhana tapi ampuh:

  1. Kenali dan pelajari kembali kode etik profesi guru. Pahami bukan sekadar hafalan, tapi sebagai panduan sikap sehari-hari.
  2. Refleksi rutin. Setelah mengajar, luangkan waktu untuk mengevaluasi: apakah hari ini saya sudah menjadi pendidik yang bijak?
  3. Bangun komunikasi terbuka dengan siswa dan orang tua. Transparansi bisa mencegah kesalahpahaman.
  4. Berani menolak gratifikasi atau “amplop” dari orang tua siswa. Ini bukan soal uang, tapi soal integritas.
  5. Ikut pelatihan pengembangan diri dan etika profesi. Banyak lembaga sekarang yang menyediakan pelatihan gratis secara daring.

Insight Pribadi Penulis

Saya masih ingat waktu SMP, ada seorang guru yang selalu menyapa siswa satu per satu sebelum masuk kelas. Beliau tidak pernah meninggikan suara, bahkan ketika marah. Tapi justru karena itulah kami segan dan hormat.

Sebaliknya, saya juga pernah punya guru yang suka menyindir siswa yang lambat menangkap pelajaran. Saya jadi takut bertanya. Dampaknya? Saya jadi malas belajar.

Dari dua pengalaman itu, saya paham: etika guru bukan hanya soal aturan, tapi soal pengaruhnya terhadap masa depan murid.

Solusi dan Rekomendasi

Jangan berpikir bahwa etika itu bawaan dari lahir. Sama seperti ilmu, etika juga bisa diasah. Berikut beberapa rekomendasi konkret:

1. Bagi Sekolah/Kepala Sekolah

Buat program evaluasi etika guru setiap semester. Libatkan feedback dari siswa dan orang tua.

2. Bagi Guru

Bentuk komunitas kecil untuk diskusi kasus-kasus etika, semacam “peer group” antar guru.

3. Bagi Pemerintah atau LPTK

Kode etik jangan hanya diajarkan secara teoritis. Buatlah mata kuliah praktik langsung: seperti simulasi dilema etis.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url