Guru Wajib Tahu! Inilah Perbedaan CP dan TP dalam Kurikulum Merdeka
Blog tentang Pendidikan - Sejak Kurikulum Merdeka resmi diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia, banyak guru bertanya-tanya apa sebenarnya perbedaan antara Capaian Pembelajaran (CP) dan Tujuan Pembelajaran (TP)? Keduanya kerap disebut dalam dokumen resmi maupun pelatihan guru, tetapi dalam praktiknya sering bercampur. Ada yang menganggap Capaian Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran sama, ada pula yang bingung harus memulai dari mana saat menyusun rencana belajar.
Padahal, memahami perbedaan keduanya sangat penting. Tanpa pemahaman yang jelas, guru bisa kesulitan menyusun rencana pembelajaran, sementara siswa tidak akan tahu arah belajar mereka. Artikel ini mencoba membedah secara tuntas perbedaan CP dan TP dalam Kurikulum Merdeka dengan bahasa sederhana, disertai contoh nyata, agar mudah dipahami siapa pun yang tertarik dengan dunia pendidikan.
Apa Itu Capaian Pembelajaran (CP)?
Capaian Pembelajaran atau CP dalam Kurikulum Merdeka dapat disebut sebagai “peta besar” perjalanan belajar siswa. Pemerintah telah menetapkannya untuk setiap mata pelajaran, mulai dari sekolah dasar hingga menengah. CP tidak ditulis untuk satu pertemuan, melainkan untuk satu fase pembelajaran, yang biasanya berlangsung selama 1–3 tahun.
Artinya, CP adalah target kompetensi luas yang harus dicapai siswa pada akhir suatu fase. Misalnya, pada fase D (kelas VII–IX SMP), CP Matematika menekankan kemampuan siswa menyelesaikan berbagai persoalan kontekstual dengan melibatkan konsep bilangan, aljabar, geometri, hingga peluang. Dengan begitu, CP menjadi semacam “visi jangka panjang” yang memberi arah ke mana pembelajaran dalam fase itu akan dibawa.
Selain menjadi panduan, CP juga menawarkan fleksibilitas. Misalnya, saat pandemi COVID-19 lalu, banyak sekolah harus menyesuaikan ritme pembelajaran. CP memungkinkan guru mengatur ulang waktu tanpa mengubah target akhir. Jadi, meskipun kecepatan belajar siswa berbeda, guru tetap punya patokan kompetensi yang harus dicapai di akhir fase.
Apa Itu Tujuan Pembelajaran (TP)?
Kalau CP adalah peta besar, maka TP bisa disebut sebagai peta rute harian. TP disusun oleh guru agar lebih konkret, lebih operasional, dan bisa dicapai dalam waktu singkat. Umumnya, TP dirancang untuk satu atau beberapa jam pelajaran, atau dalam cakupan sebuah unit belajar tertentu.
TP muncul sebagai turunan dari CP. Setelah membaca dokumen CP, guru akan mengidentifikasi kata kunci dan kemudian memecahnya menjadi tujuan-tujuan kecil. Misalnya, dari CP Matematika yang berbunyi “menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan konsep-konsep matematika pada fase ini”, seorang guru bisa menyusun TP: “Siswa dapat menjelaskan hubungan bilangan bulat positif dan negatif melalui garis bilangan”.
Bahasa yang dipakai dalam TP cenderung operasional. Kata-kata seperti menjelaskan, membandingkan, menerapkan, atau menyelesaikan lebih sering digunakan agar tujuan tersebut mudah diukur. Dari sinilah terlihat bahwa TP adalah “jembatan” antara CP yang abstrak dengan aktivitas nyata di kelas.
Fungsi CP dan TP dalam Perencanaan Pembelajaran
Salah satu keunggulan Kurikulum Merdeka adalah memberi ruang bagi guru untuk merancang pembelajaran yang lebih kontekstual. Namun, ruang ini tetap butuh kerangka. Capaian Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran hadir sebagai fondasi sekaligus pedoman.
1. Fungsi CP
CP berfungsi sebagai kerangka acuan nasional. Karena ditetapkan pemerintah, semua sekolah memiliki standar yang sama dalam hal kompetensi akhir. Dengan begitu, meskipun guru punya cara mengajar berbeda, hasil akhirnya tetap seragam. CP juga berperan memandu koordinasi antar guru dalam satu fase. Misalnya, guru kelas VII perlu tahu apa yang diajarkan di kelas VIII agar tidak terjadi pengulangan berlebihan.
2. Fungsi TP
TP menjadi pegangan praktis sehari-hari. Guru merumuskan TP agar kegiatan di kelas lebih terarah. Tanpa TP, CP akan terasa terlalu luas dan abstrak. TP juga penting untuk menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), yang nantinya menjadi dasar dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau modul ajar.
Dengan kata lain, CP adalah visi makro, sementara TP adalah strategi mikro. Keduanya saling melengkapi, tidak bisa dipisahkan.
Perbedaan CP dan TP
Agar lebih jelas, mari kita lihat perbedaan keduanya dari tiga aspek utama: ruang lingkup, tingkat operasional, dan waktu pencapaian.
1. Ruang Lingkup
- CP: Mencakup kompetensi luas lintas topik dalam satu fase. Misalnya, CP Matematika Fase D mencakup bilangan, aljabar, geometri, statistik, dan peluang.
- TP: Lebih sempit dan spesifik. Misalnya, TP Matematika kelas VII hanya membahas tentang bilangan bulat dan hubungannya.
2. Tingkat Operasional
- CP: Disusun dalam bentuk pernyataan umum, abstrak, dan teoretis. Sulit digunakan langsung untuk mengajar tanpa dipecah.
- TP: Disusun dengan bahasa operasional, menggunakan kata kerja yang bisa diukur. Dengan begitu, guru bisa langsung menilai apakah tujuan tercapai atau tidak.
- CP: Dicapai di akhir fase (jangka panjang: 1–3 tahun).
- TP: Dicapai dalam jangka pendek, biasanya satu pertemuan atau satu unit pelajaran.
Ilustrasi Konkret
Agar tidak terlalu abstrak, mari kita ambil contoh nyata.
1. CP Matematika Fase D
“Siswa mampu menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan konsep-konsep dan keterampilan matematika yang dipelajari pada fase ini.”
→ Dari CP ini, jelas bahwa siswa harus menguasai banyak hal, mulai dari bilangan, aljabar, hingga peluang.
2. TP Matematika Kelas VII
“Siswa dapat menjelaskan hubungan bilangan bulat positif dan negatif dengan menggunakan garis bilangan.”
→ TP ini hanya fokus pada satu kompetensi spesifik. Begitu tujuan ini tercapai, guru bisa melanjutkan ke TP berikutnya. Secara perlahan, seluruh TP yang disusun akan mengarah ke tercapainya CP.
Perbandingan ini menegaskan bahwa CP ibarat “tujuan akhir maraton”, sementara TP adalah “checkpoint-checkpoint kecil” sepanjang rute.
Mengapa Guru Harus Memahami Perbedaan Ini?
Pertanyaan yang muncul: apa dampaknya kalau guru tidak memahami perbedaan CP dan TP?
1. Rencana Pembelajaran Tidak Terarah
Tanpa pemahaman jelas, guru bisa saja langsung mengajar tanpa tahu tujuan jangka pendek. Akibatnya, siswa bingung apa yang sebenarnya harus dicapai.
2. Penilaian Sulit Dilakukan
Penilaian atau asesmen dalam Kurikulum Merdeka harus selaras dengan TP. Jika guru tidak merumuskan TP, sulit menilai apakah siswa sudah sampai pada kompetensi tertentu.
3. Kesulitan Menyusun ATP dan Modul Ajar
ATP adalah jembatan antara CP dan aktivitas kelas. Tanpa pemahaman TP, ATP akan sulit disusun.
Dengan kata lain, memahami CP dan TP bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan kebutuhan praktis dalam mengelola kelas.
Hubungan CP dan TP dengan Profil Pelajar Pancasila
Satu hal yang sering terlupakan adalah keterkaitan CP dan TP dengan Profil Pelajar Pancasila. Dalam Kurikulum Merdeka, semua kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membentuk pelajar yang beriman, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global.
CP memberi gambaran besar kompetensi akademik yang harus dicapai, sedangkan TP memastikan proses menuju kompetensi itu tetap sejalan dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila. Misalnya, saat merumuskan TP di mata pelajaran IPA, guru bisa menambahkan unsur kolaborasi dalam kegiatan eksperimen. Dengan begitu, siswa tidak hanya menguasai konsep, tetapi juga belajar bekerja sama.
Penutup
Dari uraian di atas, jelas bahwa CP dan TP dalam Kurikulum Merdeka bukanlah dua istilah yang berdiri sendiri. CP memberi arah jangka panjang, sedangkan TP menjadi langkah-langkah kecil yang memastikan siswa sampai ke tujuan.
Jika diibaratkan perjalanan, CP adalah destinasi akhir, sementara TP adalah peta jalan yang menuntun langkah demi langkah. Guru yang memahami keduanya akan lebih mudah menyusun pembelajaran yang bermakna, siswa pun lebih jelas tahu apa yang mereka pelajari dan mengapa itu penting.
Dengan demikian, memahami perbedaan CP dan TP bukan hanya urusan teknis kurikulum, melainkan kunci sukses pelaksanaan Kurikulum Merdeka di kelas.