Download Capaian Pembelajaran (CP) PAI SD Fase A,B dan C

Blog Administrasi Sekolah - Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI) sering kali dipandang hanya sebagai mata pelajaran pelengkap saja seperti: menghafal doa, membaca ayat, dan memahami rukun iman. Padahal, dalam Kurikulum Merdeka, PAI diposisikan jauh lebih luas yakni sebagai ruang pembentukan spiritual, moral, dan sosial yang menyeluruh.

Dokumen Capaian Pembelajaran (CP) PAI yang dirancang Kemdikbudristek menjadi panduan utama guru. Di dalamnya termuat bukan hanya apa yang harus dipelajari siswa, tetapi juga bagaimana nilai Islam bisa diterapkan dalam konteks nyata. Dari fase paling awal (kelas 1–2) hingga fase akhir SD (kelas 5–6), CP PAI menekankan kesinambungan: membiasakan anak sejak kecil, memperdalam pemahaman, lalu mendorong aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Struktur dan Fokus Dokumen CP PAI

Kalau kita buka CP PAI, polanya konsisten. Urutannya jelas: Rasional → Tujuan → Karakteristik → Elemen Mata Pelajaran → Capaian per Fase.

Rasionalnya menekankan bahwa PAI bukan sekadar *transfer of knowledge*. Lebih dari itu, PAI harus:

  1. Menumbuhkan spiritualitas,
  2. Membangun karakter moral,
  3. Membentuk sikap sosial yang toleran.

Elemen yang menjadi “pilar” di setiap fase tetap sama: Al-Qur’an & Hadis, Akidah, Akhlak, Fikih, serta Sejarah Peradaban Islam. Lima elemen ini menjadi pondasi yang terus ditumbuhkan sesuai perkembangan usia.

Rasional dan Tujuan

Mengapa PAI perlu ada dalam kurikulum dasar? Dokumen CP memberikan jawabannya.

1. Rasional

PAI menjadi basis untuk memperkuat keimanan dan akhlak mulia. Ia juga diproyeksikan sebagai benteng menghadapi tantangan zaman: radikalisme, degradasi moral, hingga krisis lingkungan. Nilai Islam yang diajarkan diarahkan untuk membentuk hubungan seimbang:

  • Vertikal (manusia dengan Allah), dan
  • Horizontal (manusia dengan sesama dan alam).

2. Tujuan

Lebih operasional, tujuan PAI antara lain:

  • Meneguhkan iman,
  • Memperdalam akidah,
  • Melatih berpikir arif, kritis, dan moderat,
  • Menumbuhkan tanggung jawab sosial-lingkungan,
  • Memperkuat semangat persaudaraan dan kebinekaan.

Intinya, PAI tidak hanya soal “apa yang diyakini”, tetapi juga “bagaimana berperilaku” di tengah masyarakat yang beragam.

Perkembangan Kompetensi

PAI di Kurikulum Merdeka dirancang progresif. Ada benang merah yang jelas: dari sekadar pengenalan menuju aplikasi nyata.

Fase A (kelas 1–2)

Di fase ini, siswa masih berada di tahap pembiasaan. Fokusnya sederhana:

  1. Mengenal huruf hijaiyah dan membaca surat pendek,
  2. Akhlak sehari-hari seperti sopan santun, tolong-menolong,
  3. Fiqih dasar (shalat, wudhu, doa harian),
  4. Pengenalan tokoh dan sejarah Islam secara naratif.

Metode pembelajaran disarankan berbasis pengalaman langsung. Artinya, guru tidak sekadar menjelaskan, tetapi memberi contoh konkret yang dekat dengan keseharian anak.

Fase B (kelas 3–4)

Naik ke fase ini, anak sudah bisa memahami teks dan konsep yang lebih kompleks. Capaian yang ditargetkan antara lain:

  1. Memperdalam pemahaman ayat dan hadis,
  2. Memperjelas konsep akidah (misalnya iman kepada kitab, rasul),
  3. Fiqih praktis untuk keseharian (misalnya tata cara bersuci, adab makan-minum),
  4. Diskusi sederhana tentang akhlak (kejujuran, tanggung jawab),
  5. Mengenal sejarah peradaban Islam dengan menekankan nilai keteladanan.

Metodenya: alat peraga, diskusi kecil, hingga mini-proyek. Misalnya, membuat poster tentang tokoh Islam atau praktik simulasi ibadah bersama.

Fase C (kelas 5–6)

Fase akhir SD menuntut pemahaman lebih kritis dan aplikatif:

  1. Membaca ayat Al-Qur’an dengan tafsir kontekstual,
  2. Menerapkan nilai hadis dalam pemecahan masalah sehari-hari,
  3. Memperdalam ibadah fiqih dengan praktik lebih konsisten,
  4. Membedah sejarah peradaban Islam dengan mengambil hikmah,
  5. Menumbuhkan sikap moderat, toleran, dan anti-ekstremisme.

Dengan begitu, siswa tidak hanya tahu “apa yang benar”, tetapi juga “mengapa dan bagaimana cara bersikap benar” dalam situasi nyata.

Apa yang Harus Dilakukan Guru?

Dokumen CP PAI memberikan arahan pedagogis yang cukup eksplisit. Guru tidak boleh terpaku pada ceramah konvensional. Beberapa strategi yang disarankan:

  1. Student-centered learning. Libatkan siswa aktif, bukan hanya mendengar.
  2. Inquiry & discovery. Ajak anak mencari jawaban dari pertanyaan kritis, bukan sekadar menerima dogma.
  3. Problem-based learning. Diskusikan kasus nyata, misalnya: bagaimana bersikap jika melihat teman berbeda keyakinan?
  4. Project-based learning. Ajak anak melakukan kegiatan sosial kecil, misalnya membersihkan musholla sekolah.
  5. Collaborative learning. Dorong kerja sama antarsiswa, sehingga mereka belajar toleransi sejak dini.

Selain itu, guru dianjurkan mengombinasikan praktik ritual (qira’ah, shalat berjamaah) dengan refleksi. Refleksi bisa berupa menulis jurnal singkat atau menceritakan pengalaman pribadi.

Proses Asesmen

Salah satu poin menarik dalam CP PAI adalah soal penilaian. Penilaian tidak cukup dengan ujian pilihan ganda atau esai. Ada pendekatan yang lebih holistik:

  1. Portofolio. Kumpulan hasil praktik ibadah, rekaman bacaan, atau catatan refleksi siswa.
  2. Rubrik akhlak. Observasi keseharian anak apakah ia jujur, disiplin, suka menolong.
  3. Performance task. Misalnya presentasi sejarah Islam dengan menekankan nilai moral, atau proyek sosial berbasis nilai agama.
  4. Asesmen formatif. Melalui diskusi kelas, guru bisa menilai kemampuan berargumentasi dengan bijak.

Dengan asesmen seperti ini, guru menilai disposisi (sikap) sekaligus pengetahuan.

Integrasi dengan Profil Pelajar Pancasila

Kurikulum Merdeka menargetkan terbentuknya Profil Pelajar Pancasila. CP PAI sejalan dengan ini:

  1. Iman dan takwa diperkuat lewat Al-Qur’an & hadis.
  2. Bernalar kritis lewat diskusi ayat dan kasus sehari-hari.
  3. Kreativitas melalui proyek sosial.
  4. Gotong royong lewat kerja kelompok.
  5. Kebinekaan global lewat sikap moderat dan toleran.

Integrasi bisa lebih kaya kalau guru mengaitkan PAI dengan mata pelajaran lain. Contoh: menulis refleksi nilai kejujuran di pelajaran Bahasa Indonesia, atau membahas sejarah Islam dalam konteks IPS.

Contoh CP PAI per fase


Bagi Bapak/Ibu yang ingin langsung melihat detail isi dokumen, Penulis menyiapkan file unduhan Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk setiap fase. Dokumen ini berformat Doc dan bisa dijadikan acuan utama dalam menyusun alur tujuan pembelajaran maupun modul ajar di kelas.

👉 Download Capaian Pembelajaran PAI SD Fase A

👉 Download Capaian Pembelajaran PAI SD Fase B

👉 Download Capaian Pembelajaran PAI SD Fase C

Ketiga dokumen tersebut sudah disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka, sehingga guru tinggal menyesuaikan dengan konteks sekolah dan kebutuhan peserta didik.

Penutup

CP PAI Fase A, B, dan C bukan hanya panduan teknis, melainkan kompas besar bagi pendidikan Islam di Indonesia. Dari membiasakan anak membaca doa sederhana hingga menuntun mereka berpikir kritis tentang nilai Islam dalam kehidupan nyata, CP PAI hadir untuk membentuk generasi yang religius, berakhlak mulia, sekaligus toleran.

Di tengah dinamika zaman, implementasi CP ini menuntut keseimbangan: antara ritual dan refleksi, antara teori dan praktik, antara keyakinan pribadi dan sikap sosial. Guru, sekolah, dan orang tua harus bekerja sama memastikan bahwa pendidikan agama benar-benar menghadirkan manfaat bukan hanya untuk anak itu sendiri, tapi juga untuk masyarakat luas.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url