Bahasa Jadi Tidak Jelas? Bisa Jadi Karena Diksi Konkret dan Abstrak

Blog tentang Pendidikan - Diksi konkret dan abstrak sering terasa sepele karena sejak sekolah kita sudah “berkenalan” dengan istilah ini. 

Namun, ketika benar-benar dipraktikkan dalam menulis atau mengajar, barulah terasa bahwa salah memilih diksi bisa membuat pesan jadi kabur, bahkan disalahpahami.

Lewat artikel ini, penulis mengajak kalian untuk melihat diksi konkret dan abstrak dengan sudut pandang yang lebih jernih dan realistis. 

Bukan sekadar mengulang definisi dari buku teks, tetapi membahas bagaimana keduanya bekerja dalam komunikasi nyata seperti di ruang kelas, dalam tulisan, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Memahami Diksi dari Sudut Praktik, Bukan Sekadar Teori

Kalau kita jujur, banyak orang bisa menghafal pengertian diksi konkret dan abstrak, tapi belum tentu bisa menggunakannya dengan sadar. 

Padahal, konsep diksi bukan hanya soal “kata apa yang dipakai”, melainkan bagaimana kata itu membangun makna di kepala pembaca atau pendengar.

Dalam kajian linguistik dan pendidikan bahasa Indonesia, diksi dibahas sebagai bagian penting dari keterampilan berbahasa. 

Tokoh-tokoh seperti Keraf, Tarigan, hingga panduan kebahasaan KBBI dan PUEBI sama-sama menekankan bahwa pilihan kata memengaruhi kejelasan, ketepatan, dan kekuatan pesan.

Nah, di antara berbagai klasifikasi diksi, pasangan konkret dan abstrak ini termasuk yang paling sering dipakaidan paling sering keliru diterapkan.

Apa Itu Diksi Konkret?

Secara sederhana, diksi konkret adalah pilihan kata yang merujuk pada sesuatu yang berwujud dan bisa ditangkap oleh pancaindra. Namun, kalau berhenti di definisi itu saja, kita kehilangan kedalaman maknanya.

Dalam praktik pendidikan dan penulisan, diksi konkret punya ciri penting:

  1. Membantu pembaca membentuk gambaran mental
  2. Mengurangi multitafsir
  3. Membuat penjelasan terasa “hadir” dan nyata

Misalnya, bandingkan dua kalimat ini:

“Siswa mengalami kesulitan belajar.”
“Siswa menatap buku kosong selama sepuluh menit tanpa menulis satu kata pun.”

Kalimat pertama cenderung abstrak. Kalimat kedua konkret. Yang kedua membuat pembaca melihat situasinya, bukan sekadar memahami konsepnya.

Di sinilah peran besar diksi konkret yakni menurunkan ide ke pengalaman nyata.

Ragam Diksi Konkret dalam Penggunaan Nyata

Diksi konkret tidak selalu berkaitan dengan benda mati. Jika dicermati lebih jauh, dalam penggunaan sehari-hari diksi ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, bergantung pada konteks dan tujuan komunikasi yang ingin dicapai.

1. Konkret Fisik

Jenis ini merujuk langsung pada objek yang bisa dilihat dan disentuh secara nyata, misalnya:

  • Meja
  • Papan tulis
  • Pena
  • Buku tulis

Kata-kata seperti ini membantu pembaca atau pendengar langsung membayangkan situasi tanpa perlu penjelasan tambahan.

2. Konkret Sensorik

Berikutnya adalah diksi yang berkaitan dengan pengalaman indera. Kata-kata ini membuat pembaca merasakan sesuatu, bukan sekadar memahaminya secara logis, contohnya seperti:

  • Panas
  • Kasar
  • Harum
  • Bising

Diksi sensorik sering dipakai untuk memperkuat deskripsi agar terasa lebih hidup.

3. Konkret Tindakan

Ada juga diksi konkret yang berupa kata kerja, yakni tindakan yang bisa diamati secara langsung, antara lain:

  • Menulis
  • Berjalan
  • Menghapus
  • Menunjuk

Kata-kata ini sangat efektif ketika digunakan untuk menjelaskan proses atau instruksi.

Dalam konteks pendidikan, penggunaan diksi konkret semacam ini terbukti mempermudah komunikasi, terutama saat menyampaikan materi, memberi tugas, atau melakukan evaluasi pembelajaran. 

Dari pengalaman pribadi di kelas, siswa cenderung lebih cepat menangkap maksud guru ketika istilah yang abstrak lebih dulu “diturunkan” ke contoh yang konkret.

Apa Itu Diksi Abstrak?

Kalau diksi konkret bisa kita lihat atau rasakan, diksi abstrak justru sebaliknya. Ia berbicara tentang pikiran, perasaan, dan nilai yang tidak punya bentuk fisik.

Contohnya:

  1. Keadilan
  2. Tanggung jawab
  3. Kebebasan
  4. Motivasi
  5. Pemahaman

Kata-kata ini penting bahkan sangat penting. Namun, masalahnya satu yakni terletak pada maknanya yang tidak selalu sama bagi setiap orang.

Ketika guru berkata, “Tingkatkan tanggung jawab belajar kalian,” masing-masing siswa bisa menafsirkan “tanggung jawab” dengan cara yang berbeda. 

Bisa jadi itu rajin mencatat, bisa jadi hadir tepat waktu, atau bisa jadi hanya mengerjakan tugas. Di sinilah diksi abstrak menuntut konteks dan penjelasan tambahan.

Karakter Diksi Abstrak

Diksi abstrak memiliki ciri khas yang membedakannya dari diksi konkret, terutama dalam cara ia dipahami oleh pembaca.

Pertama, diksi abstrak tidak bisa divisualisasikan secara langsung. Kata seperti keadilan, motivasi, atau pemahaman tidak memiliki bentuk fisik yang bisa dilihat atau disentuh. Akibatnya, pembaca harus membangun maknanya sendiri di dalam pikiran.

Kedua, makna diksi abstrak sangat bergantung pada pengalaman dan latar belakang pembaca. Satu kata yang sama bisa memicu pemahaman yang berbeda, tergantung konteks sosial, pendidikan, dan pengalaman pribadi masing-masing.

Ketiga, diksi abstrak rentan menimbulkan penafsiran ganda jika tidak diberi penjelasan atau contoh pendukung. Dalam konteks pendidikan, hal ini bisa menyebabkan instruksi, tujuan pembelajaran, atau soal ujian menjadi ambigu.

Keempat, diksi abstrak sering digunakan dalam analisis, refleksi, dan argumentasi karena kemampuannya merangkum gagasan besar. Namun, tanpa dukungan diksi konkret, teks berisiko terasa mengambang dan sulit dicerna.

Perbedaan Esensial Diksi Konkret dan Abstrak

Kalau dirangkum secara jujur dari praktik di lapangan, perbedaannya kira-kira seperti ini:

Aspek Diksi Konkret Diksi Abstrak
Wujud Bisa diamati Tidak berwujud
Dampak Memperjelas Memperluas makna
Risiko Minim ambigu Rentan multitafsir
Fungsi utama Deskripsi Konseptualisasi

Namun, penting dicatat adalah yang satu tidak lebih baik dari yang lain. Yang ada hanyalah lebih tepat atau kurang tepat tergantung tujuan komunikasi yang digunakan.

Kesalahan dalam Penggunaan Diksi Konkret dan Abstrak

Dari pengalaman mengajar dan menelaah tulisan siswa maupun mahasiswa, ada beberapa kesalahan yang sering muncul:

1. Langsung Abstrak Sejak Kalimat Pembuka

Tulisan dibuka dengan gagasan besar tanpa contoh nyata sebagai pijakan. Akibatnya, pembaca belum sempat “masuk”, tapi sudah diajak berpikir terlalu jauh, dan akhirnya cepat lelah.

2. Mengira Kata Abstrak Terlihat Lebih Cerdas

Ada anggapan bahwa semakin abstrak sebuah tulisan, semakin terlihat pintar. Padahal, tulisan yang baik bukan yang terdengar rumit, melainkan yang bisa dipahami tanpa harus ditebak-tebak.

3. Menghindari Kata Konkret karena Dianggap Terlalu Sederhana

Kata-kata konkret sering disisihkan karena dianggap kurang akademik. Padahal justru dari sanalah tulisan mendapat nyawa, arah, dan kejelasan makna.

Contoh Diksi Konkret dan Abstrak dalam Kalimat

Agar pemahaman tidak berhenti di teori, bagian ini menyajikan contoh kalimat yang menunjukkan bagaimana diksi konkret dan diksi abstrak bekerja dalam penggunaan nyata. Dari sini, kamu bisa melihat langsung perbedaannya, bukan sekadar menghafal definisi.

Contoh Diksi Konkret:

1. Siswa itu menulis catatan dengan pena hitam di buku bergaris.

2. Guru menunjuk papan tulis yang penuh dengan coretan spidol.

3. Buku paket Bahasa Indonesia tergeletak di atas meja kayu.

4. Anak itu menghapus tulisannya menggunakan penghapus putih.

5. Suara bel sekolah terdengar keras dari lorong kelas.

6. Kertas ujian dibagikan satu per satu kepada siswa.

7. Jam dinding di kelas menunjukkan pukul delapan pagi.

8. Tangan guru mengangkat buku untuk memberi contoh.

9. Kursi plastik berderit saat siswa duduk tergesa-gesa.

10. Lampu kelas menyala terang sejak pagi.

11. Siswa membuka halaman ketiga puluh di buku pelajaran.

12. Spidol merah jatuh dari meja guru.

13. Anak itu menutup bukunya setelah bel pulang berbunyi.

14. Meja belajar penuh dengan kertas dan alat tulis.

15. Guru menulis tanggal hari ini di papan tulis.

16. Pintu kelas ditutup perlahan agar tidak berisik.

17. Buku catatan itu basah terkena air hujan.

18. Siswa membawa tas ransel berwarna hitam.

19. Jendela kelas terbuka lebar saat pelajaran berlangsung.

20. Pensil itu patah ketika ditekan terlalu keras.

21. Guru mengumpulkan lembar jawaban di akhir pelajaran.

22. Papan tulis dibersihkan menggunakan kain lap.

23. Siswa berdiri di depan kelas sambil membawa buku.

24. Kursi dan meja disusun rapi sebelum pelajaran dimulai.

25. Lembar tugas itu dicetak di kertas putih.

26. Suara kipas angin terdengar pelan di sudut kelas.

27. Buku perpustakaan disusun di rak kayu.

28. Spidol biru digunakan untuk menulis judul.

29. Siswa membuka laptop di meja belajarnya.

30. Kertas catatan dilipat dan dimasukkan ke dalam tas.

Semua kalimat di atas menggunakan diksi yang bisa diamati langsung oleh pancaindra, sehingga maknanya relatif jelas dan tidak multitafsir.

Contoh Diksi Abstrak

1. Siswa itu menunjukkan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.

2. Kejujuran menjadi nilai utama dalam proses belajar.

3. Guru menanamkan disiplin sejak awal semester.

4. Motivasi belajar siswa meningkat setelah mendapat dukungan.

5. Rasa percaya diri siswa tumbuh perlahan.

6. Pendidikan bertujuan membentuk karakter yang kuat.

7. Siswa belajar memahami makna kerja sama.

8. Kesabaran guru diuji saat menghadapi kelas yang ramai.

9. Semangat belajar harus dijaga secara konsisten.

10. Keberanian siswa terlihat saat mengemukakan pendapat.

11. Proses belajar membutuhkan komitmen bersama.

12. Rasa ingin tahu mendorong siswa bertanya lebih jauh.

13. Tanggung jawab belajar tidak bisa dipaksakan.

14. Guru menilai sikap siswa secara objektif.

15. Kedisiplinan memengaruhi keberhasilan akademik.

16. Pemahaman konsep lebih penting daripada hafalan.

17. Rasa malas sering menjadi hambatan belajar.

18. Kepercayaan antara guru dan siswa harus dibangun.

19. Etika belajar perlu ditanamkan sejak dini.

20. Kesadaran belajar tumbuh melalui pembiasaan.

21. Siswa mulai memahami arti kerja keras.

22. Nilai keadilan harus diterapkan dalam penilaian.

23. Rasa empati membantu siswa saling menghargai.

24. Keberhasilan tidak datang tanpa usaha.

25. Tujuan belajar harus jelas sejak awal.

26. Sikap tanggung jawab mencerminkan kedewasaan.

27. Pemahaman siswa berkembang seiring latihan.

28. Rasa puas muncul setelah tugas selesai.

29. Kesungguhan belajar menentukan hasil akhir.

30. Pendidikan membentuk cara berpikir jangka panjang.

Kalimat-kalimat ini memakai kata-kata yang berhubungan dengan gagasan, nilai, dan perasaan. Karena tidak bisa dilihat atau disentuh langsung, maknanya perlu konteks supaya tidak disalahartikan.

Strategi Menggabungkan Diksi Konkret dan Abstrak

Nah, ini bagian pentingnya. Dalam praktik, yang ideal bukan memilih salah satu, tapi mengombinasikan keduanya secara sadar.

Beberapa strategi yang bisa kamu terapkan:

  1. Mulai dari pengalaman konkret, lalu tarik ke konsep abstrak
  2. Jelaskan istilah abstrak dengan contoh konkret
  3. Akhiri pembahasan abstrak dengan ilustrasi nyata

Dengan cara ini, tulisan tidak hanya informatif, tapi juga komunikatif.

Diksi Konkret dan Abstrak dalam Dunia Pendidikan

Dalam kurikulum Bahasa Indonesia, pemahaman diksi konkret dan abstrak bukan sekadar materi hafalan. Ia berkaitan langsung dengan:

  1. Keterampilan menulis
  2. Kemampuan membaca kritis
  3. Daya nalar siswa

Guru yang sadar diksi biasanya lebih efektif menjelaskan materi, karena ia tahu kapan harus “membumikan” konsep dan kapan harus mengajak siswa berpikir abstrak.

Kesimpulan

Jadi, diksi konkret dan abstrak bukan soal benar atau salah, melainkan soal ketepatan penggunaan. Diksi konkret membantu pembaca melihat dan merasakan. Diksi abstrak membantu pembaca memahami dan merenung.

Kalau kamu menulis, mengajar, atau sekadar ingin berkomunikasi lebih jelas, memahami dua jenis diksi ini adalah bekal yang sangat berharga. Dari sini, barangkali kamu mulai lebih sadar: setiap kata yang kamu pilih membawa cara berpikir tertentu.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Apakah diksi konkret selalu lebih unggul dibanding diksi abstrak?

Tidak juga. Keduanya memiliki peran masing-masing dan justru saling melengkapi dalam menyampaikan makna.

Apakah penggunaan diksi konkret diperbolehkan dalam tulisan ilmiah?

Tentu boleh. Bahkan, dalam banyak kasus, diksi konkret membantu memperjelas konsep yang kompleks.

Bagaimana cara melatih kemampuan memilih diksi yang tepat?

Caranya bisa dimulai dengan membaca secara kritis, menulis ulang teks, dan membiasakan diri memberi contoh yang nyata.

Apakah setiap kata abstrak perlu diberi penjelasan?

Sebaiknya iya, apalagi jika pembacanya beragam latar belakang dan tingkat pemahamannya.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url