Majas Penegasan: Cara Bahasa Memperkuat Gagasan Secara Efektif
Majas penegasan adalah teknik kebahasaan yang dirancang untuk memperkuat pesan agar terasa lebih hidup, tegas, dan mudah ditangkap pembaca.
Dalam dunia pendidikan bahasa baik ketika membahas retorika, literasi, maupun sastra yang mana majas ini berfungsi sebagai “penguat makna” yang membuat gagasan tidak jatuh datar.
Sebagai bagian penting dari gaya bahasa, majas penegasan banyak digunakan dalam teks pidato, opini, esai, cerpen, hingga pelajaran Bahasa Indonesia. Ketepatan penggunaannya bahkan menentukan seberapa kuat pesan disampaikan kepada audiens.
Apa Itu Majas Penegasan?
Dalam kajian linguistik dan stilistika, majas penegasan (emphasis figure of speech) adalah teknik penggayaan bahasa yang bekerja dengan cara menekankan kata, frasa, atau ide tertentu agar lebih menonjol dan bermakna kuat.
Berbeda dengan majas perbandingan atau pertentangan, majas penegasan tidak berusaha menciptakan imaji baru atau menyimpang dari makna, tapi justru memperkuat pernyataan yang sebenarnya sudah jelas.
Pada konteks pendidikan bahasa, majas penegasan dipelajari bersama materi retorika, diksi, dan paragraf efektif karena berkaitan langsung dengan cara orang menuangkan gagasan secara persuasif.
Mengapa Disebut “Penegasan”?
Karena esensinya adalah:
- Membuat bagian tertentu lebih terlihat,
- Memberikan beban pesan yang lebih kuat,
- Memberi tekanan emosional,
- Serta membantu pembaca menangkap inti gagasan secara cepat.
Dalam komunikasi publik seperti pidato, pengajaran, dan tulisan ilmiah populer, majas penegasan adalah perangkat retorika yang sangat fungsional.
Fungsi Majas Penegasan
Dalam praktiknya, majas penegasan punya beberapa peran penting yang langsung terasa dalam penggunaan bahasa:
1. Memperkuat pesan utama
Di dunia pendidikan, penguatan pesan adalah teknik esensial dalam menyampaikan instruksi, penjelasan materi, maupun diskusi kelas. Guru, dosen, dan penulis menggunakan majas penegasan agar siswa lebih fokus pada gagasan penting.
2. Membuat pernyataan lebih mudah diingat
Pengulangan terarah, struktur paralel, atau pertanyaan retoris dapat membantu informasi menempel dalam ingatan. Ilmu neurolinguistik menjelaskan bahwa stimulus berulang memperkuat jalur kognitif.
3. Menambah dinamika emosi dalam komunikasi
Penjelasan yang terlalu datar sering gagal menarik minat. Majas penegasan memberikan *irama* dan *intonasi makna* yang membantu pembaca merasa lebih terlibat.
4. Menandai bagian inti dalam paragraf
Dalam tulisan akademik popular (misalnya artikel pendidikan, kajian sastra, atau materi ajar), teknik penegasan membantu membedakan informasi utama dari informasi pendukung.
5. Memperjelas maksud penulis
Dalam kondisi tertentu, penegasan juga menghindarkan pembaca dari interpretasi ambigu. Ini penting terutama pada teks argumentatif dan diskusi ilmiah sederhana.
Ciri-ciri Majas Penegasan
Majas penegasan memiliki pola retoris yang sangat mudah dikenali jika kita memahami sifat dasarnya yaitu menguatkan makna.
Setiap jenis majas dalam kelompok ini bekerja dengan cara menyoroti informasi tertentu agar pembaca atau pendengar memberi perhatian lebih besar.
Berikut ciri-ciri mendasarnya—disertai penjelasan mendalam agar kamu bisa membedakannya dengan akurat.
1. Adanya Pengulangan Unsur Bahasa (Repetisi, Anafora, Epifora)
Unsur paling menonjol dari majas penegasan adalah pengulangan yang direncanakan. Elemen yang diulang bisa berupa:
- Kata,
- Frasa,
- Klausa,
- Struktur kalimat.
Pengulangan semacam ini bukan tanda ketidakefisienan berbahasa, tetapi strategi retoris untuk menarik fokus dan memperkuat memori pembaca.
Contoh:
“Kita harus belajar, belajar, dan terus belajar.”
Dalam konteks pendidikan dan psikologi kognitif, repetisi seperti ini bekerja mirip “highlight mental”—mendorong informasi menancap lebih dalam.
2. Kehadiran Kata Tambahan yang Berfungsi sebagai Penguat (Pleonasme)
Ciri berikutnya adalah penggunaan kata *tambahan* yang tampaknya tidak perlu secara gramatikal, tetapi sengaja digunakan untuk memperjelas atau mengekspresikan intensitas.
Contoh:
“Dia melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri.”
Dalam praktik linguistik, bentuk seperti ini sering dianggap redundan. Namun sebagai majas, pleonasme justru berfungsi untuk menegaskan kehadiran atau pengalaman secara lebih konkret.
Ini sering dipakai dalam teks narasi pendidikan, laporan wawancara, atau ceramah moral.
3. Strukturnya yang Menanjak atau Menurun
Jika kamu menjumpai kalimat yang bergerak secara berurutan—dari kecil ke besar, lemah ke kuat, rendah ke tinggi—maka itu hampir pasti bagian dari majas penegasan.
- Klimaks: progresi meningkat untuk menegaskan pertumbuhan atau kualitas.
- Antiklimaks: progresi menurun untuk memberi efek cakupan luas atau penurunan intensitas secara sengaja.
Contoh:
“Dari desa kecil, ke kota, ke dunia internasional.”
Struktur bertingkat seperti ini sering digunakan dalam teks motivasi, sejarah pendidikan, biografi tokoh, dan pidato yang ingin memunculkan kesan evolutif.
4. Keberadaan Pertanyaan Retoris (Interogasi Retoris)
Pertanyaan retoris adalah ciri kuat berikutnya. Polanya adalah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, karena pesan sebenarnya sudah ada di dalam pertanyaan itu sendiri.
Contoh:
“Sampai kapan kita diam?”
Pertanyaan retoris semacam ini umumnya dipakai untuk:
- Menyentil kesadaran lawan bicara,
- Menanamkan rasa urgensi,
- Mengajak orang berpikir lebih dalam,
- Menggugah emosi agar pesan terasa lebih kuat.
Dalam dunia pendidikan, bentuk ini sering dipakai kepala sekolah, pembina upacara, pendidik, dan penulis opini pendidikan untuk menyentil pembaca.
5. Penggunaan Sinonim sebagai Penajam Makna
Ciri terakhir adalah pemanfaatan kata-kata bersinonim atau struktur kalimat yang sejajar untuk menguatkan kejelasan pesan.
Penggunaan sinonim (tautologi) membuat ide terasa lebih padat dan tegas, sedangkan struktur paralel menciptakan ritme yang membuat gagasan lebih mudah dicerna.
Contoh:
“Kita belajar dari pengalaman, kita tumbuh dari kegagalan, kita maju dari usaha terus-menerus.”
Dalam teks akademik, paralelisme membantu menjaga konsistensi struktur sehingga pesan terasa kohesif.
Jenis-jenis Majas Penegasan
1. Majas Repetisi
Repetisi adalah strategi retorika yang mengulang kata, frasa, atau pola kalimat untuk mempertebal makna.
Dalam kajian stilistika dan retorika klasik, repetisi dipahami sebagai teknik penguatan kognitif: pengulangan meningkatkan atensi dan mempercepat penyerapan pesan.
Fungsi Repetisi dalam Pembelajaran Bahasa
- Memperkuat ide utama sehingga mudah diidentifikasi siswa.
- Membentuk ritme linguistik yang membuat teks lebih persuasif.
- Memudahkan retensi memori, sesuai kajian psikolinguistik.
Teknik ini banyak ditemukan dalam pidato presiden, naskah pendidikan, hingga khutbah keagamaan karena efeknya langsung terasa pada audiens.
Contoh Penggunaan Repetisi
“Disiplin adalah kunci. Disiplin membentuk kebiasaan. Disiplin melahirkan karakter.”
Kalimat ini menonjolkan konsep disiplin sebagai inti gagasan dengan cara mengulang kata yang sama dalam posisi strategis.
2. Majas Pleonasme
Pleonasme adalah penggunaan kata tambahan yang sebenarnya tidak diperlukan secara gramatikal, tetapi diberikan secara sengaja untuk menegaskan makna.
Dalam studi pragmatik, pleonasme dipahami sebagai penanda intensitas, bukan kesalahan.
Peran Pleonasme dalam Komunikasi
- Memberikan kejelasan visual pada ide.
- Menambah tekanan emosional ketika penulis ingin menunjukkan kepastian.
- Memperkuat imaji pembaca (terutama di teks narasi pendidikan atau laporan kejadian).
Contoh Pleonasme
“Dia melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri.”
Ungkapan mata kepalanya sendiri mempertegas bahwa subjek adalah saksi langsung.
3. Majas Tautologi
Tautologi adalah pendampingan dua kata atau frasa yang bermakna mirip untuk menekankan intensitas. Pada kajian leksikologi, ini disebut teknik lexical reinforcement (penguatan leksikal).
Fungsi Tautologi
- Menghadirkan nuansa emosi yang lebih tebal.
- Menegaskan sifat atau kondisi tertentu tanpa perlu metafora.
- Membantu pembaca memahami konteks tanpa ambiguitas.
Contoh
“Masalah itu besar dan berat baginya.”
Dua kata besar dan berat berada dalam ranah makna yang berdekatan. Saat keduanya dipakai berdampingan, efeknya bukan sekadar pengulangan, tetapi menciptakan tekanan makna yang lebih kuat seolah ingin memastikan kalimat itu benar-benar berbobot.
4. Majas Klimaks
Klimaks adalah penyusunan gagasan dari yang paling rendah menuju paling kuat atau paling kompleks. Dalam retorika struktural, klimaks dianggap sebagai bentuk amplifikasi makna.
Efek Retoris
- Membentuk alur progresif yang membuat pembaca merasakan peningkatan makna.
- Menyusun informasi secara bertingkat sehingga gagasan utama terasa menonjol.
Contoh
“Dari siswa baru, juara kelas, hingga akhirnya menjadi lulusan terbaik.”
Tiga tahap ini menggambarkan perjalanan yang semakin naik kualitasnya, membuat pembaca/pendengar langsung menangkap adanya perkembangan yang jelas dan signifikan.
5. Majas Antiklimaks
Antiklimaks adalah kebalikan dari klimaks, yaitu penyusunan informasi dari yang paling tinggi ke paling rendah.
Teknik ini memunculkan efek mencakup seluruh lapisan, terutama dalam penjelasan birokrasi atau struktur organisasi.
Fungsi Pedagogis
- Menunjukkan cakupan luas dalam satu kesatuan informasi.
- Memberikan kesan komprehensif, sebuah kebutuhan penting dalam teks administrasi pendidikan.
Contoh
“Kepala sekolah, guru, hingga penjaga sekolah ikut hadir.”
6. Majas Paralelisme
Paralelisme adalah penyelarasan bentuk gramatikal dalam dua atau lebih bagian kalimat. Dalam teori linguistik tekstual, struktur sejajar terbukti meningkatkan keterbacaan dan memperkuat makna.
Alasan Mengapa Efektif
- Menciptakan ritme bahasa yang stabil.
- Membantu pembaca mengenali pola.
- Mengarahkan perhatian pada hubungan antar gagasan.
Contoh
“Kita belajar dari pengalaman, kita tumbuh dari kegagalan, kita maju dari usaha terus-menerus.”
7. Majas. Anafora
Anafora adalah repetisi yang ditempatkan spesifik di awal kalimat atau klausa. Dalam retorika klasik, anafora dipandang sebagai strategi untuk menciptakan kohesi emosional.
Efek Retoris & Kognitif
- Menonjolkan ide utama secara ritmis.
- Membangun nuansa urgensi atau harapan.
- Membuat pesan lebih mudah diingat.
Contoh
“Kita ingin pendidikan maju. Kita ingin murid mandiri. Kita ingin guru dihargai.”
8. Majas Epifora
Epifora merupakan kebalikan dari anafora: pengulangan ditempatkan pada bagian akhir kalimat. Biasanya dipakai dalam pidato karena menghasilkan echo makna yang kuat.
Fungsinya adalah:
- Memberikan kesan penegasan berlapis (layered emphasis).
- Mengunci pesan pada memori pendengar.
Contohnya:
“Kita butuh pemimpin yang tegas, yang visioner, dan yang konsisten.”
Peran Majas Penegasan dalam Dunia Pendidikan
Majas penegasan bukan sekadar ornamen bahasa; ia punya posisi strategis dalam proses belajar-mengajar.
Dalam berbagai konteks pendidikan, teknik retoris ini membantu siswa, guru, maupun akademisi menyampaikan gagasan secara lebih kuat, jelas, dan mudah diingat. Berikut peran-peran pentingnya.
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam kurikulum nasional tingkat SMP dan SMA, majas termasuk kompetensi dasar yang wajib dipahami.
Mempelajari majas penegasan melatih siswa:
- Mengenali pola bahasa,
- Memahami fungsi penguatan makna,
- Membedakan antara penggunaan efektif dan repetisi yang tidak disengaja.
Kemampuan ini mendukung literasi dasar sekaligus keterampilan memahami teks.
2. Pendidikan Karakter
Dalam pendidikan karakter, majas penegasan sering dipakai untuk membangun narasi yang menggerakkan hati.
Pidato motivasi, amanat pembina upacara, atau sesi konseling biasanya memanfaatkan repetisi, paralelisme, atau pertanyaan retoris untuk:
- Memompa semangat,
- Menanamkan nilai,
- Menguatkan pesan moral.
Bahasa yang ditegaskan membuat pesan lebih mudah menempel.
3. Retorika Akademik
Dalam seminar, presentasi ilmiah, atau penulisan artikel ilmiah populer, penegasan berfungsi sebagai jangkar argumen.
Dengan struktur bertingkat atau pengulangan terarah, pembicara maupun penulis bisa membantu audiens:
- Memahami gagasan inti,
- Mengikuti alur logika,
- Mempertahankan fokus pada poin penting.
Teknik ini meningkatkan kualitas komunikasi akademik secara keseluruhan.
4. Literasi Kritis
Mengenalkan majas penegasan kepada siswa juga bagian dari pendidikan literasi kritis. Ketika siswa bisa menganalisis bagaimana pilihan bahasa memengaruhi persepsi, mereka akan:
- Lebih peka terhadap bias,
- Lebih sadar terhadap strategi persuasif,
- Tidak mudah terbawa opini tanpa analisis.
Pemahaman ini sangat penting di era informasi yang penuh persuasi terselubung.
5. Penilaian Keterampilan Menulis
Dalam evaluasi kemampuan menulis—baik argumentatif, editorial, maupun teks pidato—unsur penegasan sering menjadi indikator kualitas.
Majas penegasan membantu siswa:
- Mempertegas posisi argumen,
- Membangun koherensi paragraf,
- Membuat tulisan lebih hidup dan meyakinkan.
Guru menggunakan aspek ini untuk menilai apakah siswa mampu mengembangkan gagasan dengan efektif dan logis.
Contoh Analisis Majas Penegasan dalam Paragraf
Berikut contoh paragraf yang memakai beberapa majas penegasan sekaligus:
“Kita ingin sekolah yang menghargai proses, bukan hanya hasil. Kita ingin ruang belajar yang aman untuk bertanya. Kita ingin guru yang memahami kebutuhan murid.”
Penjelasannya:
- Anafora → “Kita ingin…”
- Repetisi struktur → pola kalimat yang sama
- Paralelisme* → tiga klausa dengan ritme sejenis
Hasilnya adalah paragraf yang tegas, inspiratif, dan mudah diingat.
Cara Mengajarkan Majas Penegasan kepada Siswa
Pendekatan pedagogis yang efektif:
1. Ajarkan konsep melalui contoh konkret
Gunakan teks pidato Ki Hadjar Dewantara, Nadiem Makarim, atau tokoh pendidikan dunia.
2. Berikan latihan identifikasi
Siswa diminta menemukan bentuk penegasan dalam teks berita, cerpen, atau esai.
3. Latihan menulis
Siswa membuat paragraf argumentatif dengan tiga bentuk majas penegasan.
4. Penilaian berbasis proses (assessment for learning)
Guru memberi umpan balik tentang efektivitas retorika, bukan hanya benar-salah.
5. Integrasi literasi digital
Gunakan media video pidato atau konten edukatif sebagai sumber analisis.
Kesimpulan
Majas penegasan bukan sekadar hiasan bahasa; ia adalah alat retorika yang membuat ide lebih kuat, tulisan lebih hidup, dan pesan lebih mudah dipahami.
Dalam pendidikan, penguasaan majas ini mendukung keterampilan menulis, membaca kritis, dan komunikasi efektif.
Kalau kamu sedang mendalami bahasa Indonesia, menulis artikel, atau mengajar materi majas, teknik penegasan adalah fondasi penting yang jangan dilewatkan.
Pertanyaan Umum (FAQ)
1. Apa tujuan utama majas penegasan?
Tujuannya adalah memperkuat pesan inti, menonjolkan gagasan penting, dan membantu pembaca menangkap serta mengingat makna secara lebih efektif. Dalam konteks pendidikan, majas ini memperkaya gaya komunikasi guru dan siswa.
2. Apa bedanya repetisi dengan anafora?
Repetisi merupakan pengulangan kata atau frasa dalam bentuk apa pun.
Anafora adalah salah satu jenis repetisi yang lebih spesifik—yaitu pengulangan di awal kalimat atau klausa secara berurutan untuk menciptakan ritme dan penekanan.
3. Apakah pleonasme selalu salah?
Tidak. Dalam tata bahasa formal, pleonasme bisa dianggap mubazir.
Tapi dalam konteks majas penegasan, pleonasme justru digunakan sengaja untuk mempertegas pesan, memperjelas maksud, atau menambah efek dramatik.
4. Mengapa majas penegasan penting dalam pendidikan?
Karena majas ini membantu siswa memahami struktur retorika, meningkatkan kemampuan membaca kritis, memperkaya teknik menulis, dan mendorong komunikasi yang lebih efektif di lingkungan kelas.
5. Apa majas penegasan yang paling sering digunakan?
Tiga jenis yang paling umum ialah:
- Repetisi – untuk penekanan ritmis
- Anafora – untuk membangun suasana progresif
- Pertanyaan retoris – untuk mendorong refleksi pembaca/pendengar.