Majas Metafora: Cara Bahasa Menghadirkan Makna Lebih Dalam

Blog tentang Pendidikan - Majas metafora adalah salah satu bentuk gaya bahasa yang paling sering muncul dalam teks sastra, pidato, hingga percakapan sehari-hari. 

Ketika seseorang mengatakan “waktu adalah uang” atau “dia bintang di kelas”, itulah metafora bekerja dalam diam yang mengubah bahasa biasa menjadi pesan yang lebih kuat, visual, dan menyentuh.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, majas metafora menjadi materi yang tidak hanya meningkatkan kemampuan literasi siswa, tetapi juga membuka cara pandang baru tentang bagaimana manusia memaknai realitas melalui bahasa. 

Di sinilah keindahan metafora: ia memberi ruang bagi imajinasi untuk “membaca” kenyataan melalui cara yang lebih hidup dan kreatif.

Apa Itu Majas Metafora?

Secara umum, majas metafora adalah gaya bahasa perbandingan langsung antara dua hal yang berbeda tanpa menggunakan kata penghubung: seperti, bagaikan, atau ibarat

Dalam definisi yang merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metafora dipahami sebagai pemakaian kata atau kelompok kata yang tidak memiliki makna sebenarnya, tetapi menggambarkan suatu hal berdasarkan kemiripan sifat.

Di ranah akademik, linguis seperti George Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan bahwa metafora merupakan cara manusia memahami konsep abstrak melalui konsep konkret. Pendekatan ini dikenal sebagai Conceptual Metaphor Theory (CMT), yang kemudian menjadi dasar dalam analisis metafora modern.

Dalam konteks kurikulum Bahasa Indonesia baik Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka, metafora dipelajari sebagai bagian dari materi teks sastra, terutama puisi, cerpen, novel, dan pidato. 

Fungsinya tidak hanya untuk memahami estetika bahasa, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis dan interpretatif peserta didik.

Fungsi Majas Metafora dalam Bahasa dan Sastra

Majas metafora bukan sekadar ornamen bahasa; ia memainkan peran penting dalam komunikasi. Sebagai pakar pendidikan, saya melihat minimal empat fungsi utama metafora yang wajib dipahami oleh siswa, guru, dan penulis.

1. Menghadirkan Kekayaan Imaji

Metafora membuat pembaca membayangkan sesuatu secara lebih visual.

Contoh: “Dunia pendidikan adalah ladang bagi masa depan.

Kalimat ini tidak sekadar informatif, tetapi menghidupkan gambaran “ladang” sebagai tempat menanam harapan dan kerja keras.

2. Memperkuat Pesan dan Emosi

Metafora mampu mengangkat intensitas makna dalam tulisan, terutama dalam puisi, lirik lagu, dan cerpen. Misalnya, dalam karya Chairil Anwar, metafora sering menjadi wadah untuk mengungkap kegelisahan, semangat, atau penderitaan secara lebih subtil namun kuat.

3. Menyederhanakan Konsep Abstrak

Topik rumit bisa dijelaskan lewat metafora. Di dunia pendidikan, metafora sering dipakai guru untuk menjelaskan materi sains, filsafat, atau sosial pada siswa agar lebih mudah dipahami.

4. Memperkaya Gaya Bertutur dan Identitas Penulis

Metafora mencerminkan kreativitas penulis sekaligus identitas retorika seseorang. Penulis seperti Pramoedya Ananta Toer menggunakan metafora untuk menegaskan kritik sosial secara halus namun tajam.

Ciri-ciri Majas Metafora

Ciri khas metafora sering kali membuatnya disangka sebagai majas personifikasi, simile, atau alegori. Namun beberapa indikator utama membantu kita membedakannya:

  1. Perbandingan langsung tanpa kata penghubung.
  2. Makna kiasan penuh, bukan literal.
  3. Didasarkan pada kemiripan sifat, bukan aktivitas atau tindakan.
  4. Bersifat padat dan efisien, namun kaya makna.
  5. Menciptakan hubungan konseptual antara dua ide yang tidak sejenis.

Dalam analisis linguistik, metafora bisa berbentuk:

  1. Metafora nominatif (mengganti nama objek): “Ia adalah bunga desa.
  2. Metafora predikatif: “Mimpi itu bara dalam dadanya.
  3. Metafora struktural: Menghubungkan konsep abstrak melalui basis konsep lain, seperti metafora “hidup itu perjalanan”.

Contoh Majas Metafora dalam Berbagai Konteks

Berikut contoh yang sudah diparafrase, diperluas, dan diberi konteks baru sesuai prinsip pendidikan:

1. Dalam Kehidupan Sehari-hari

  • “Hatinya lautan yang tak mudah dibaca.”
  • “Kabar itu angin segar bagi seluruh warga sekolah.”

2. Dalam Pendidikan

  • “Guru adalah pelita yang tak pernah padam meski ruang kelas gelap oleh tantangan.”
  • “Perpustakaan adalah jantung pengetahuan kampus.”

3. Dalam Sastra Indonesia

  • “Tatapan itu belati yang menusuk diam-diam.”
  • “Kesedihan adalah awan pekat yang menggantung di matanya.”

4. Dalam Media Massa

  • “Figur itu menjadi magnet politik menjelang pemilu.”
  • “Ekonomi nasional kini berada di persimpangan jalan penting.”

Setiap contoh memberikan gambaran bahwa metafora bekerja melampaui sekadar permainan kata; ia membawa perspektif baru dalam membaca realitas.

Cara Mengajarkan Majas Metafora secara Efektif di Kelas

Sebagai pakar pendidikan, saya mengamati bahwa banyak siswa sulit membedakan metafora dengan majas lain karena mereka mempelajarinya secara hafalan. Berikut strategi pembelajaran berbasis meaning-making yang terbukti efektif:

1. Mulai dari pengalaman konkret siswa

Mintalah siswa menggambarkan teman dekat mereka dengan metafora:

Contoh: “Dia matahari pagi bagi saya.

Ini melatih pemahaman sifat → simbol.

2. Analisis karya sastra populer

Guru bisa memakai puisi Sapardi, cerpen Kompas, atau novel remaja, lalu mengidentifikasi metafora dan maknanya dalam konteks cerita.

3. Gunakan media visual

Menampilkan gambar “gunung es” lalu menjelaskan metafora “masalah adalah gunung es” membuat siswa lebih memahami makna tersembunyi.

4. Ajarkan perbedaan dengan majas lain

Latihan membedakan metafora, personifikasi, dan simile membantu penguatan konsep.

5. Ajak siswa membuat karya

Tugas menulis puisi atau paragraf singkat berbasis metafora sangat efektif meningkatkan kreativitas bahasa.

Mengapa Metafora Penting bagi Perkembangan Kognitif?

Menurut penelitian dalam Journal of Educational Psychology, kemampuan memahami dan menggunakan metafora berkaitan erat dengan:

  1. Kecerdasan verbal
  2. Kemampuan abstraksi
  3. Perkembangan imajinasi
  4. Keterampilan literasi tingkat tinggi

Anak atau pelajar yang terbiasa berinteraksi dengan metafora cenderung lebih kritis membaca simbol, lebih kreatif menyusun gagasan, dan lebih sensitif terhadap nuansa bahasa. 

Ini menjadi fondasi penting dalam pembelajaran abad ke-21, terutama dalam literasi budaya dan literasi bahasa.

Kesalahan Umum dalam Menggunakan Majas Metafora

Beberapa kesalahan yang sering muncul:

1. Menggabungkan metafora yang tidak sinkron

   “Dia bunga yang menerangi masa depan.

Dua metafora bercampur: bunga (tumbuhan) dan menerangi (cahaya).

2. Metafora yang terlalu literal

Jika objeknya bisa dimaknai secara harfiah, maka itu bukan metafora.

3. Mengulang metafora klise tanpa makna baru

   Contoh: “buah bibir”, “api asmara”, “laut ilmu”

Penggunaan boleh, tapi harus diberi konteks baru agar segar.

4. Menggunakan metafora yang membingungkan

Jika pembaca butuh waktu ekstra memahami, berarti metafora tidak efektif.

Contoh Paragraf Menggunakan Metafora yang Baik

Untuk memperkaya pemahaman, berikut contoh paragraf orisinal:

“Di sekolah, setiap anak membawa pelita kecil yang kadang redup oleh keraguan. Namun di tangan pendidik yang penuh dedikasi, pelita itu tumbuh menjadi bara harapan yang menerangi lorong masa depan mereka. Pendidikan tidak sekadar ruang kelas; ia adalah taman di mana setiap bibit mimpi dirawat hingga berbuah pencapaian.”

Paragraf ini menggunakan metafora: pelita, bara, taman, bibit. Setiap metafora dirangkai konsisten dalam satu “ranah makna”.

Kesimpulan

Majas metafora bukan hanya elemen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia; ia adalah alat berpikir dan medium ekspresi manusia. 

Lewat metafora, kita memahami dunia, memvisualisasikan gagasan, dan membangun komunikasi yang lebih kaya makna. 

Bagi guru, penulis, maupun siswa, menguasai metafora berarti menguasai seni menyampaikan pesan dengan kedalaman dan keindahan.

Jika kamu ingin, saya dapat membuatkan latihan soal, rangkuman versi singkat, atau lembar ajar berbasis Kurikulum Merdeka terkait topik ini.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa yang membedakan metafora dari perumpamaan (simile)?

Perumpamaan atau simile menggunakan kata pembanding seperti seperti, bagaikan, atau laksana. Sementara itu, metafora membuat perbandingan secara langsung tanpa kata penghubung, sehingga maknanya terasa lebih tegas dan puitis.

2. Apakah majas metafora hanya digunakan dalam karya sastra?

Tidak. Metafora banyak hadir dalam berbagai wacana, mulai dari pemberitaan media, iklan, retorika politik, ceramah, hingga percakapan sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa metafora adalah bagian alami dari cara manusia berkomunikasi.

3. Mengapa sebagian siswa kesulitan memahami metafora?

Kesulitan biasanya muncul karena metafora menuntut pembaca untuk menafsirkan makna kiasan dan menangkap hubungan konseptual antara dua hal yang dibandingkan. Proses ini membutuhkan kemampuan berpikir abstrak, bukan hanya menghafal definisi.

4. Bolehkah metafora digunakan dalam karya ilmiah?

Penggunaan metafora diperbolehkan pada bagian pengantar atau penutup untuk mempercantik narasi. Namun, bagian analisis utama dan penjelasan teknis tetap harus menggunakan bahasa yang jelas, lugas, dan bebas ambiguitas agar makna tidak menyesatkan.

5. Bagaimana cara menulis metafora yang efektif?

Metafora yang baik dibangun dari hubungan makna yang logis dan mudah dipahami. Pilihlah perbandingan yang relevan dengan konteks pembahasan, konsisten dalam gaya bahasa, serta mampu memberikan nilai tambah atau kejelasan pada pesan yang ingin disampaikan.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url