Majas Perbandingan: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Contoh Lengkap

Blog tentang Pendidikan - Majas perbandingan menjadi salah satu jenis gaya bahasa yang paling sering muncul di buku pelajaran, karya sastra, pidato, hingga percakapan sehari-hari. 

Tidak hanya memperindah kalimat, majas ini juga membantu memperkuat pesan melalui hubungan kesamaan antara dua hal. 

Dalam dunia pendidikan, penggunaan majas perbandingan dapat mengasah imajinasi, membentuk kemampuan berpikir abstrak, dan meningkatkan literasi bahasa.

Karena perannya yang begitu fundamental, memahami majas ini secara utuh mulai dari pengertian, ciri, hingga jenis-jenisnya yang menjadi bekal penting tidak hanya bagi siswa, tetapi juga guru, penulis, dan siapa pun yang ingin berkomunikasi secara efektif.

Pengertian Majas Perbandingan

Secara umum, majas perbandingan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua objek, konsep, atau keadaan dengan tujuan menegaskan makna atau menghadirkan kesan tertentu. 

Perbandingan ini tidak selalu bersifat langsung; ada yang menggunakan kata pembanding, ada pula yang menggantikan satu objek dengan objek lain secara implisit.

Dalam linguistik, majas ini termasuk kategori figurative language yang memanfaatkan asosiasi makna untuk menciptakan efek estetis. 

Literatur pendidikan menyebut bahwa majas perbandingan membantu pembaca memvisualisasikan pesan, sehingga proses memahami teks menjadi lebih mudah dan menarik.

Mengapa Majas ini Penting dalam Pembelajaran Bahasa?

Guru bahasa Indonesia sering menggunakan majas perbandingan sebagai alat bantu pembelajaran karena alasan berikut:

1. Mengaktifkan daya imajinasi

Ketika siswa membaca kalimat seperti “Pikirannya seterang mentari pagi”, mereka tidak hanya memahami kata “pikirannya”, tetapi juga membayangkan kondisi terang dan jernih seperti matahari. Proses kognitif ini membantu memperdalam pemahaman.

2. Melatih kemampuan analisis literer

Mengenali metafora, simile, atau alegori membantu siswa membaca lebih kritis. Ini sangat penting karena literasi bukan hanya soal membaca teks, tetapi juga menafsirkan gagasan di baliknya.

3. Menguatkan kemampuan menulis

Majas memperkaya diksi. Siswa yang mampu menggunakan majas secara tepat cenderung menghasilkan tulisan yang lebih hidup dan memikat.

4. Meningkatkan daya ingat

Kata-kata yang disajikan melalui perbandingan biasanya lebih mudah diingat karena melibatkan visualisasi mental.

Ciri-ciri Majas Perbandingan

Untuk mengenali majas perbandingan, ada beberapa pola umum yang sering muncul:

1. Menyandingkan dua objek berbeda

Ini ciri paling mendasar. Objek bisa berupa manusia, benda, konsep abstrak, atau fenomena.

2. Menggunakan citra visual atau simbolik

Sebagian besar majas perbandingan menghadirkan gambaran kuat di benak pembaca.

3. Bertujuan memperkuat makna

Daripada menyampaikan pesan secara langsung, majas menciptakan efek dramatis atau simbolis agar makna lebih terasa.

4. Menggunakan kata pembanding

Beberapa majas, seperti simile, memakai kata bagai, seperti, laksana, dan sebagainya.

5. Mengandung makna konotatif

Makna yang disampaikan tidak literal. Pembaca harus menafsirkan.

Jenis-jenis Majas Perbandingan dan Contohnya

Berikut penjelasan tiap jenis majas perbandingan lengkap dengan contoh baru dan analisis konteks bahasa.

1. Metafora

Metafora adalah perbandingan langsung tanpa menggunakan kata pembanding. Objek pertama diganti atau disetarakan dengan objek kedua secara implisit.

Ciri-ciri:

  1. Tidak menggunakan kata seperti, bagai, laksana.
  2. Mengganti objek secara langsung.
  3. Menciptakan kesan simbolik.

Contoh:

1. Ia adalah “tulang punggung” keluarga.

   → Ia bukan tulang punggung sungguhan, tetapi digambarkan sebagai penopang utama.

2. Anak itu menjadi “bintang” di sekolahnya.

   → Menunjukkan keunggulan, bukan bintang literal di langit.

3. Kota ini adalah “jantung” ekonomi provinsi.

   → Kota menjadi pusat vital, bukan organ biologis.

2. Simile (Perumpamaan)

Simile membandingkan dua hal dengan kata pembanding seperti seperti, bagai, ibarat, umpama.

Ciri-ciri:

  • Ada kata pembanding.
  • Perbandingan eksplisit.
  • Umum dipakai dalam puisi atau narasi.

Contoh:

  1. Suasana kelas itu ribut bagai pasar malam.
  2. Wajahnya cerah seperti mentari terbit.
  3. Ia berdiri tegap laksana pohon pinus di lereng gunung.

3. Personifikasi

Personifikasi memberikan sifat manusia kepada benda mati, hewan, atau objek abstrak.

Ciri-ciri:

  • Objek non-manusia diberi karakter manusia.
  • Menciptakan efek dramatis dan imajinatif.

Contoh:

  1. Angin malam berbisik lembut di telingaku.
  2. Jam dinding seolah menatapku dengan sabar.
  3. Pohon-pohon menari mengikuti ritme hujan.

4. Alegori

Alegori adalah majas perbandingan yang menggunakan cerita, rangkaian simbol, atau gambaran panjang untuk menyampaikan pesan moral.

Ciri-ciri:

  • Biasanya berbentuk narasi.
  • Di dalamnya terdapat simbol-simbol.
  • Mengandung nasihat atau filosofi.

Contoh:

  1. Kisah perjalanan seorang musafir yang menempuh gurun menggambarkan lika-liku kehidupan manusia.
  2. Cerita buah-buahan berselisih melambangkan perbedaan karakter manusia.

5. Metonimia

Metonimia adalah majas yang mengganti nama objek dengan istilah yang terkait erat dengannya.

Ciri-ciri:

  • Nama diganti dengan merek/atribut.
  • Tidak sekadar mengganti, tetapi mewakili.

Contoh:

  1. Ia membeli “Aqua” di warung (Aqua = air mineral).
  2. Orang-orang berebut tiket menyaksikan “Garuda” bermain (Garuda = Timnas Indonesia).

6. Sinekdoke

Terdiri dari dua jenis:

Pars pro toto

Bagian mewakili keseluruhan.

Contoh:

“Atap-atap” itu mulai rapuh.

  (Atap = rumah)

Totem pro parte

Keseluruhan mewakili bagian.

Contoh:

Indonesia berhasil meraih emas di final.

  (Indonesia = atlet tertentu dari Indonesia)

G. Simbolik

Majas ini membandingkan objek dengan simbol yang sudah dikenal luas.

Contoh:

  1. Burung hantu itu menandakan kebijaksanaan.
  2. Ular melambangkan kelicikan dalam cerita itu.

Mengapa Siswa Sering Keliru Membedakannya?

Studi literasi menunjukkan bahwa siswa sering salah mengidentifikasi majas karena:

1. Tidak membedakan jenis kata pembanding

Banyak siswa menganggap semua kalimat indah otomatis majas, padahal tidak selalu.

2. Kurang pemahaman konteks

Kalimat “Dia adalah matahari dalam hidupku” bisa dianggap hiperbola oleh sebagian siswa, padahal itu metafora.

3. Minim latihan teks sastra

Kurangnya paparan pada puisi, cerpen, dan novel membuat kemampuan analisis rendah.

4. Tidak mengenali relasi antar objek

Sinekdoke dan metonimia sering tertukar karena keduanya sama-sama mengganti nama objek.

Cara Cepat Mengidentifikasi Majas Perbandingan

Berikut daftar cek cepat yang bisa diaplikasikan:

✔ Apakah ada kata pembanding?

→ Simile.

✔ Apakah satu objek diganti objek lain?

→ Metafora.

✔ Apakah objek non-manusia berperilaku seperti manusia?

→ Personifikasi.

✔ Apakah cerita panjang berfungsi sebagai nasihat?

→ Alegori.

✔ Apakah satu objek diganti nama atribut/merek?

→ Metonimia.

✔ Apakah bagian/seluruhnya saling mewakili?

→ Sinekdoke

Kesimpulan

Majas perbandingan adalah unsur penting dalam bahasa yang membantu menghadirkan makna lebih kuat, imajinatif, dan efektif. 

Dengan memahami ciri, jenis, serta fungsi tiap majas, pembaca dapat lebih kritis dalam menganalisis teks dan lebih kreatif dalam menulis. 

Penguasaan majas bukan hanya soal estetika bahasa, tetapi juga keterampilan berpikir yang memperkaya literasi.

Ingin saya buatkan infografis, rangkuman satu halaman, atau kumpulan 150+ contoh kalimat setiap jenis?

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa perbedaan metafora dan simile?

Metafora membandingkan dua hal secara langsung tanpa menggunakan kata pembanding, sehingga salah satu objek “dianggap” sebagai objek lain.

Simile menggunakan kata pembanding seperti seperti, bagai, laksana, sehingga perbandingannya eksplisit dan mudah dikenali.

2. Mengapa majas penting diajarkan di sekolah?

Majas membantu siswa menangkap makna teks lebih dalam, memperkaya kosakata, dan membuat mereka lebih terampil menulis. Selain itu, penggunaan majas juga melatih kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas berbahasa—dua kompetensi penting dalam literasi modern.

3. Apakah semua kalimat indah termasuk majas?

Tidak. Kalimat dianggap majas jika memiliki struktur perbandingan, pengiasan, atau penyimpangan makna dari makna literal. Banyak kalimat indah hanya memakai diksi menarik tanpa menggunakan pola majas tertentu.

4. Mana majas yang paling sering muncul di ujian?

Yang paling sering muncul adalah metafora, simile, dan personifikasi, karena ketiganya mudah diidentifikasi dan paling banyak digunakan dalam berbagai jenis teks seperti cerpen, puisi, hingga artikel nonfiksi.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url