Majas Pertentangan: Seni Bahasa di Balik Kontradiksi

Majas pertentangan adalah salah satu gaya bahasa paling kuat dalam bahasa Indonesia karena mampu menghadirkan konflik makna, kejutan makna, dan kedalaman pesan dalam satu kalimat singkat. 

Di balik rangkaian kata yang tampaknya saling berlawanan, tersembunyi makna yang sering kali lebih jujur dibanding ungkapan langsung.

Dalam konteks pendidikan, sastra, dan komunikasi publik, majas pertentangan menjadi instrumen penting untuk membangun daya kritis, sensitivitas bahasa, dan kekuatan retoris yang tidak bisa diperoleh dari bahasa literal biasa.

Memahami Majas Pertentangan Secara Konseptual

Di dalam kajian linguistik dan sastra Indonesia, majas pertentangan didefinisikan sebagai gaya bahasa yang menghadirkan makna melalui konflik, perlawanan, atau perbedaan ekstrem antara dua ide, keadaan, atau kenyataan

Konsep ini selaras dengan pemahaman yang diterapkan dalam kurikulum bahasa Indonesia, mulai dari tingkat SMP, SMA, hingga pendidikan tinggi.

Secara umum, majas ini bekerja melalui tiga mekanisme utama:

  1. Benturan kata atau gagasan
    Dua unsur yang biasanya tidak sejalan, bahkan bertolak belakang, justru diletakkan dalam satu struktur kalimat.
  2. Efek makna tersirat
    Pesan yang ingin disampaikan bukan terletak pada arti harfiah, melainkan pada makna di balik pertentangan tersebut.
  3. Penguatan emosi dan logika
    Kontradiksi dihadirkan bukan untuk membingungkan, melainkan untuk memperjelas dan menajamkan pesan.

Dalam pendidikan bahasa dan sastra, pemahaman tentang majas ini membantu siswa membedakan antara makna literal dan makna kontekstual. 

Hal ini sejalan dengan tujuan literasi kritis yang ditekankan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Dengan kata lain, majas pertentangan adalah latihan intelektual untuk berpikir lebih dalam, tidak sekadar menerima teks pada permukaannya saja.

Mengapa Majas Pertentangan Penting untuk Dikuasai?

Banyak yang menganggap majas hanya sebagai “hiasan bahasa”. Namun, dalam perspektif pendidikan modern, anggapan itu terlalu menyederhanakan fungsinya. 

Justru, setiap majas  terutama majas pertentangan  memainkan peran strategis dalam proses berpikir tingkat tinggi.

1. Mengoptimalkan Daya Analisis Bahasa

Ketika pembaca menemukan kalimat seperti:

“Aku merasa sangat sendiri di tengah ribuan orang.”

Otak langsung bekerja lebih dalam untuk mencari makna. Proses inilah yang melatih kemampuan analisis, interpretasi, dan pemahaman kontekstual — kompetensi inti dalam pembelajaran bahasa.

2. Membentuk Kepekaan Sastra

Dalam karya sastra, konflik batin, ironi sosial, dan paradoks kehidupan sering tidak bisa disampaikan secara lugas. 

Majas pertentangan memungkinkan penulis menyampaikan hal-hal kompleks tanpa harus menjelaskannya secara panjang lebar. 

Hal ini sangat penting dalam pembelajaran puisi, cerpen, novel, dan drama pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

3. Menguatkan Pesan Psikologis dan Sosial

Majas jenis ini sering ditemukan dalam pidato, slogan, pantun, syair, bahkan kampanye sosial. Kontradiksi yang muncul justru memperkuat pesan moral di baliknya.

Misalnya:

“Dalam diamnya, tersimpan jeritan paling keras.”

Ini bukan sekadar kalimat puitis, tetapi refleksi tentang tekanan batin dan realitas sosial.

Jenis-jenis Majas Pertentangan

Dalam kajian pendidikan linguistik, majas pertentangan setidaknya mencakup enam bentuk utama yang paling diakui secara luas dalam literatur bahasa Indonesia:

1. Antitesis

Majas Antitesis menggunakan pasangan kata yang berlawanan dalam satu kalimat untuk menampilkan kontras yang jelas dan tegas.

Contoh:

  • “Tua dan muda berdiri bersama dalam barisan.”
  • “Kaya dan miskin memiliki hak yang sama di mata hukum.”

Pada level pendidikan, antitesis mengajarkan struktur kontras yang rapi dan jelas. Ini sering digunakan dalam pidato resmi, teks argumentatif, dan narasi moral.

2. Paradoks

Majas Paradoks menyajikan pernyataan yang secara logika tampak salah, tetapi secara makna justru mengungkapkan kebenaran mendalam.

Contoh:

  • “Di tengah kebisingan kota, aku menemukan kesepianku yang paling sunyi.”
  • “Semakin aku belajar, semakin aku sadar bahwa aku tidak tahu apa-apa.”

Paradoks sangat kuat dalam karya sastra, filsafat, dan narasi reflektif. Dalam pendidikan karakter, paradoks mendorong kerendahan hati intelektual dan kesadaran diri.

3. Hiperbola

Majas Hiperbola menghadirkan pernyataan yang dilebihkan secara ekstrem hingga bertolak belakang dari kenyataan, namun justru berfungsi memperkuat kesan.

Contoh:

  • “Air matanya membanjiri seluruh ruang.”
  • “Aku sudah menunggumu selama ribuan tahun.”

Dalam pendidikan bahasa, hiperbola sering digunakan untuk melatih pemahaman tentang emosi yang diekspresikan secara visual dan dramatis.

4. Litotes

Majas Litotes adalah kebalikan dari hiperbola. Pernyataan dibuat sangat sederhana atau direndahkan, padahal realitasnya jauh lebih besar.

Contoh:

  • “Ini hanya rumah kecil kami.” (padahal rumahnya luas)
  • “Saya hanya orang biasa.” (padahal tokoh berpengaruh)

Dalam budaya Indonesia yang menjunjung kesopanan, litotes sering muncul dalam interaksi sosial sehari-hari. Di sinilah bahasa, budaya, dan nilai pendidikan saling bertemu.

5. Oksimoron

Majas Oksimoron menggabungkan dua kata yang bertentangan dalam satu frasa atau ekspresi.

Contohnya:

  • “Keheningan yang bising”
  • “Kebenaran yang menyakitkan”
  • “Manisnya penderitaan”

Oksimoron sangat banyak digunakan dalam puisi modern, lirik lagu, dan sastra kontemporer. Dalam pembelajaran kreatif, bentuk ini melatih sensitivitas artistik terhadap diksi.

6. Kontradiksi Interminus

Jenis ini menyajikan pernyataan umum yang kemudian dibantah dengan pengecualian.

Contoh:

  • “Semua siswa hadir hari ini, kecuali Andi.”
  • “Ia selalu jujur, hanya saja kemarin berbeda.”

Bentuk ini melatih ketelitian berpikir dan logika kalimat. Dalam pendidikan formal, jenis ini sering dijadikan contoh struktur kalimat pengecualian.

Majas Pertentangan dalam Kurikulum Pendidikan

Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia dan modul literasi, majas pertentangan termasuk dalam aspek:

  1. Analisis gaya bahasa
  2. Apresiasi sastra
  3. Menulis kreatif
  4. Membaca kritis
  5. Retorika pidato

Kemampuan memahaminya berkaitan langsung dengan:

  1. HOTS (Higher Order Thinking Skills)
  2. Literasi multilapisan
  3. Penafsiran teks
  4. Kecerdasan verbal

Artinya, mempelajarinya bukan hanya mempelajari “bahasa indah”, tetapi melatih cara berpikir mendalam, kritis, dan reflektif. 

Dalam konteks pendidikan abad 21, inilah yang menjadikan majas ini tetap relevan dan penting.

Relasinya dengan Psikologi Bahasa

Menariknya, majas pertentangan juga berkaitan dengan psikologi manusia. Pikiran manusia memang terbiasa berpikir dalam dikotomi:

  1. Senang – sedih
  2. Benar – salah
  3. Terang – gelap
  4. Aman – berbahaya

Majas ini memanfaatkan mekanisme tersebut, lalu membaliknya, mempertemukannya, atau memadukannya. Hasilnya adalah efek “tersentak makna” yang membuat pesan lebih membekas.

Inilah alasan mengapa ia sering viral di media sosial, kutipan motivasi, dan karya seni digital.

Contoh Kalimat

Untuk memperjelas pemahaman, berikut contoh orisinal dari berbagai jenis:

  • “Dalam tawanya, tersimpan luka yang tak terlihat.” (Paradoks)
  • “Anak raja itu hidup dalam kemiskinan batinnya.” (Paradoks)
  • “Suaramu sejuta petir dalam keheninganku.” (Hiperbola + Oksimoron)
  • “Aku hanya membawa mimpi kecil untuk masa depan besar.” (Litotes)
  • “Diamnya lebih bising dari teriakan.” (Oksimoron)
  • “Semua berjalan sempurna, kecuali kenyataan.” (Kontradiksi interminus)

Contoh-contoh ini bisa digunakan dalam pembelajaran sastra, latihan analisis, atau praktik menulis kreatif.

Kesimpulan

Majas pertentangan bukan sekadar permainan kata yang bertolak belakang, melainkan sebuah alat komunikasi, refleksi, dan pemahaman kehidupan yang sangat kuat. Ia mengajarkan bahwa kebenaran tidak selalu lurus, kadang justru tersembunyi dalam kontradiksi.

Dengan menguasai majas pertentangan, seseorang tidak hanya menjadi penulis atau pembaca yang lebih baik, tetapi juga menjadi pemikir yang lebih dalam dan manusia yang lebih peka terhadap makna hidup.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa itu majas pertentangan secara singkat?

Majas pertentangan adalah gaya bahasa yang menyampaikan makna melalui pertentangan atau konflik kata dan gagasan.

Mengapa majas pertentangan penting dalam pembelajaran?

Karena melatih daya analisis, pemahaman makna tersirat, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Apa perbedaan paradoks dan antitesis?

Antitesis mempertentangkan kata secara langsung, sedangkan paradoks menampilkan pertentangan makna yang tersirat dan filosofis.

Di mana majas pertentangan sering digunakan?

Dalam puisi, cerpen, pidato, novel, lirik lagu, dan karya sastra modern.

Apakah majas pertentangan termasuk kurikulum sekolah?

Ya, termasuk dalam materi gaya bahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url